"Ngono wae rak isoo...selagi masih bisa bernafas gunakan untuk belajar !!!!"
Friday, July 27, 2012
METODE 'GILA' PENGUKURAN MEDAN GRAVITASI
"Ketika Koherensi antara keheran dan kegilaan terjadi, disitulah rasa bersyukur yang memuncak atas Keagungan Allah SWT"
My project from Septiko Aji
+Dengan segelas Vodka saja, Mark bisa buat Jejaring sosial yang digandrungi semua orang+
+Gilaa bener+
lanjuttttt......
DESAIN PERCOBAAN 'dengan sudut Cilik'
+Dengan segelas Vodka saja, Mark bisa buat Jejaring sosial yang digandrungi semua orang+
+Gilaa bener+
lanjuttttt......
DESAIN PERCOBAAN 'dengan sudut Cilik'
Penurunan getaran sudut kecil from Septiko Aji
+Ilmu ora kudu mahal,,,potongan besi biso ngukur gedhene playone tarikane bumi..+
lanjut maning.....
DESAIN ALAT PERCOBAAN ''sudut Gedhe
+Ilmu ora kudu mahal,,,potongan besi biso ngukur gedhene playone tarikane bumi..+
lanjut maning.....
DESAIN ALAT PERCOBAAN ''sudut Gedhe
Penurunan getaran sudut besar from Septiko Aji
PENURUNAN RUMUSE NGANGGO 'INTEGRAL ELIPTIC',,
nek iki memang mahal aku habis 40 Juta buat kuliah dan biaya hidup dinegeri orang....
lihat penurunane nang kene (disini)
PENURUNAN RUMUSE NGANGGO 'INTEGRAL ELIPTIC',,
nek iki memang mahal aku habis 40 Juta buat kuliah dan biaya hidup dinegeri orang....
lihat penurunane nang kene (disini)
INTRODUCTION TO ELECTRODYNAMICS
David J. Griffiths
1. Chapter 6. Magnetic Field In Matter
3. Magnetostatics
Magnetostatics from Septiko Aji
4. Electrostatics Field In Matter
Electrostatic Field in Matter from Septiko Aji
5. Special Techniques
Thursday, July 26, 2012
PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES UNTUK MENGUKUR LITERASI SAINS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP BUDAYA LOKAL INDONESIA
Septiko Aji *
Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar IPA perlu dilakukan untuk melihat buah dari kurikulum yang dikembangkan. Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi pengetahuan (knowledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil karya (product), dan afektif (affective). Adapun hasil belajar tersebut dapat diungkap atau dideteksi melalui beberapa cara atau teknik seperti : pilihan atau respons terbatas (selected response), assessmen esai (essay assessment), assessmen kinerja (performance assessment), dan komunikasi personal (personal communication) (BALITBANG, 2007).
Penelitian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu Programe for International Student Assessment (PISA) tentang prestasi literasi sains, literasi matematika dan literasi membaca. Program PISA ini diperuntukan untuk anak usia 15 tahun yang telah dilaksanakan tiga periode. Indonesia ikut berpartisipasi dalam tiga periode penelitian tersebut. Pertama, tahun 2000 diikuti oleh 41 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006 diikuti oleh 57 negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 bidang sains (OECD, 2007). Keempat, tahun 2009 diikuti oleh 65 negara, Indonesia berada pada urutan ke-60 bidang sains (OECD, 2010). Berkaitan dengan literasi sains kedudukan Indonesia masih tergolong rendah. Dimensi yang disoroti dalam progam PISA adalah dimeni isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
Penelitian dan pengembangan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan prestasi literasi sains tersebut diatas dirasa kurang dalam instrument yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut menggunakan soal tes obyektif berupa soal pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda saja masih kurang untuk mengungkapkan dimensi dari literasi sains (content, process and context). Bentuk soal pilihan ganda pada hakekatnya hanya mengungkapkan benar dan salah (Arikunto, 2006). Bentuk soal pilihan ganda banyak digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan tidak cocok untuk mengukur berfikir sains dan proses ilmiah. Dengan demikian dibutuhkan sebuah pengembangan assessment tes untuk mengukur prestasi literasi sains yang memiliki dimensi isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
<Fulltext>
PENERAPAN TEKNIK SKIMMING YANG DIBERIKAN DI AWAL PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA SMP SUB POKOK BAHASAN MATA DAN CACAT MATA
SEPTIKO AJI *
ABSTRACT
Physics is one of science having close relation to daily life. Skimming is an efficient reading technique to find general view of thereading material. This research aimed to know(1) influence and (2) the value of the influence of skimming technique given in thebeginning of physics lesson of eyes and eye deffect sub topic to learning achievement of the student and (3) students' commentafter the lesson. In this research control and experiment groups were used. Based on the analysis result of the t-test data of learningachievement, it was concluded that the application of skimming technique given in the beginning of physics lesson of eyes and eyedeffect sub topic gave effect to learning achievement of the student with the value of 1.49%. The result of comment questionaireshowed that the student understand the learning material easier after having the lesson.
<FullText>
<FullText>
Tuesday, July 10, 2012
APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN
PENGECEKKAN VALIDASI
EKPERIMENTAL PADA KASUS SPEKTRAL LINEAR EMISI MOLEKUL GAS AKIBAT EFEK DOPLER
Septiko Aji *
Mekanika
statistik dalam hal
ini distribusi Maxwell-Boltzmann yang dianggap sebagai statistik klasik
karena masih bersifat Newtonian. Anggapan
dasar dari statistik Maxwell-Boltzmann adalah partikel dianggap identik, setiap
keadaan energi dapat diisi beberapa partikel dan tidak ada batasan banyaknya
partikel yang dapat mengisi keadaan energi tersebut. Partikel dalam
konteks ini mengacu pada kategori
partikel klasik seperti gas, ion dan atom.
Perilaku suatu materi secara
mikroskopik berhubungan erat dengan sifat mikroskopik, yang dapat diungkap
melalui hokum distribusi statistik. Distribusi Maxwell-Boltzmann dalam
menggambarkan keadaan atau perilaku suatu system dinyatakan dengan fungsi Y(x,p)
yang dipresentasikan dalam enam kordinat x, y, z dan Px, Py, Pz. Jika terdapat sistem dengan
koordinat maka peluang menentukan system tersebut dalam
elemen ruang fase tersebut dapat ditulis sebagai berikut
Jika partikel bergerak dengan kecepatan v maka fungsi peluang yang bersesuaian dengan komponen kecepatan dengan nialai diantara dan
Persamaan di atas merupakan distribusi probabilitas untuk kecepatan sebuah partikel yang berwujud gas. Besaran dari vektor kecepatan, yang berarti pada suhu tertentu, partikel akan memiliki kecepatan yang dipilih secara acak dari distribusi, tapi lebih cenderung berada dalam satu rentang dari beberapa kecepatan yang lain. Kajian mendalam terhadap informasi yang lebih jauh tentang perilaku gas akan sangat mudah dilakukan jika dinyatakan distribusinya dalam beberapa variabel. Distribusi energi menyatakan bagaimana partikel tersebar dengan energi berada diantara dan , berikut bentuk matematiknya
Kita ketahui kecepatan sebading dengan energi, dengan demikian bentuk persamaan distribusi energi dapat dibuat dalam bentuk distribusi kecepatan
Jika partikel bergerak dengan kecepatan v maka fungsi peluang yang bersesuaian dengan komponen kecepatan dengan nialai diantara dan
Persamaan di atas merupakan distribusi probabilitas untuk kecepatan sebuah partikel yang berwujud gas. Besaran dari vektor kecepatan, yang berarti pada suhu tertentu, partikel akan memiliki kecepatan yang dipilih secara acak dari distribusi, tapi lebih cenderung berada dalam satu rentang dari beberapa kecepatan yang lain. Kajian mendalam terhadap informasi yang lebih jauh tentang perilaku gas akan sangat mudah dilakukan jika dinyatakan distribusinya dalam beberapa variabel. Distribusi energi menyatakan bagaimana partikel tersebar dengan energi berada diantara dan , berikut bentuk matematiknya
Kita ketahui kecepatan sebading dengan energi, dengan demikian bentuk persamaan distribusi energi dapat dibuat dalam bentuk distribusi kecepatan
Persamaan di atas dikenal dengan distribusi
kecepatan Maxwell-Boltzmann, dan grafiknya dapat disajikan dalam gambar
berikut.
Statistik Maxwell-Boltzmann yang
dianggap sebagai fisika klasik banyak digunakan untuk pengungkapan suatu
keadaan system gas. Beberapa kasus yang sering dijabarkan dengan statistik
Maxwell-Boltzmann diantaranya kecepatan dan energi rata-rata. Pada penjelasan
kali ini akan dibahasa pelebaran dari spektral emisi gas yang diakibatkan oleh
efek dopler yang digunakan sebagai validasi dari distribusi kecepatan Maxwell.
File lengkap (Fulltext)
File lengkap (Fulltext)
Sunday, July 8, 2012
INTEPRESTASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SAMPANGAN SEMARANG DENGAN METODE GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN LAPISAN TANAH
Septiko Aji
ABSTRAK
Informasi strutur interior bawah permukaan sangat penting
untuk dipelajari dan diaplikasikan di masyarakat dan peserta didik agar bisa
menyikapi terkait isi kandungan yang tersimpan di bawah permukaan. Langkah yang
diambil untuk memenuhi kebutuhan akan informasi struktur lapisan tanah dapat
melakukan kegiatan survey geofisika dengan metode geolistrik. Penelitian
geolistrik diambil lokasi di lapangan sepak bola kelurahan Sampangan kota
Semarang. Hasil analisis data dengan software Res2Dinv ver. 3.56.22 memperlihatkan sampai kedalaman 19.9 meter
termasuk tanah lempung dengan nilai resistivitas 1.73 – 3.85 Ωm. Jenis lapisan yang lain
berturut-turut dari permukaan tanah adalah batuan dasar berkekar terisi
tanah lembab (214
– 477 Ωm), tanah lanau pasiran (42.9 - 95.7 Ωm), lempung lanau (8.60 - 19.2 Ωm).
KATA
KUNCI : Geolistrik; Wenner-Schlumberger;
Lapisan Tanah
Conclusion
Conclusion
Gambar 1. Penampang
resistivitas tanah hasil analisis data dengan Res2Dinv
Tabel 4.
Nilai resitivitas pada jarak lintasan 60 meter
Penelitian geolistrik diambil lokasi di lapangan sepak bola
kelurahan Sampangan kota Semarang. Hasil analisis data dengan software Res2Dinv
ver. 3.56.22 memperlihatkan sampai
kedalaman 19.9 meter termasuk tanah lempung dengan nilai resistivitas 1.73 – 3.85 Ωm. Jenis lapisan yang lain
berturut turut dari permukaan tanah adalah batuan dasar berkekar terisi tanah lembab (214 – 477 Ωm), tanah lanau pasiran (42.9 - 95.7 Ωm), lempung lanau (8.60 - 19.2 Ωm).
Referrence
Chitea, F.,
Ioane, D., and Kodom, K. 2009
. Geophysical Research Abstracts.
Vol. 11, EGU2009-11624-4.
Ngadimin &
Gunawan Handayani, 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah, di akses : http://jms.fmipa.itb.ac.id/jms/article/view/69/65
Nowroozi, A, A. et al. 1999.
“Saltwater intrusion into the Freshwater
Aquifer in the Eastern Shore of Virginia. A Recognnaissance Electrical
Resistivity Survey”. Journal of Applied Geophysics
Olivera,
M.A., Reis E.M., andNozaki, J.2001. Biological
Treatmen of Wastewater From the cassava meal industry. Environmental
Research Section. 85. 117-183.
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung :
Departemen Teknik Geofisika ITB
“PENENTUAN BESAR PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN PERCOBAAN AYUNAN FISIS”
Septiko Aji *)
A. Latar Belakang
Di
dalam kurikulum KTSP 2006, momen inersia adalah salah satu materi yang
diajarkan pada kelas XI semester 2. Berdasarkan kurikulum 2006 tersebut, fungsi
mata pelajaran fisika antara lain adalah mengembangkan kemampuan berfikir
analisis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Salah satu kegiatan yang dapat
membantu meletakkan fungsi mata pelajar-an fisika tersebut adalah pemberian
tugas atau proyek penelitian kepada siswa yang dikerjakan secara berkelompok
maupun perseorangan. Berikut ini adalah contoh dari pelaksanaanproyek
penelitian yang berkaitan dengan materi momen inersia, dengan menggunakan
peralatan yang sederhana. Semua benda tegar yang digantungkan sehingga benda
dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda tersebut,
dinamakan bandul fisis. Bandul fisis merupakan perluasan dari bandul sederhana,
yang hanya terdiri dari tali tak bermassa yang digantungi sebuah partikel
tunggal. Pada kenyataannya semua benda yang berayun adalah bandul fisis.
Gambar 1. Skema analisis gaya-gaya yang
bekerja pada bandul fisis
yang berupa benda pipih dengan pusat massa C.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, yang dipilih
sebagai bandul fisis adalah benda pipih dengan bentuk tak beraturan, misal
papan tripleks yang digergaji, kemudian dipasak pada sumbu tanpa gesekan, yang
melalui P. Benda dalam posisi seimbang, jika dalam keadaan pusat massa benda C terletak vertikal di
bawah P. Jarak dari pasak ke pusat massa adalah d, momen kelembaman (momen
inersia) benda terhadap sumbu yang melalui pasak adalah I dan massa benda
adalah M. Jika benda disimpangkan dari posisi seimbangnya sebesar sudut
θ, maka torsi pemulih dalam keadaan simpangan sudut θ yang disebabkan oleh
komponen tangensial gaya gravitasi adalah
Jika
I adalah momen inersia dan
adalah percepatan
sudut, maka berlaku persamaa gerak untuk simpangan kecil berlaku
Dengan besar frekuensi sudut adalah
, maka periode bandul fisis yang berosilasi dengan
amplitudo kecil adalah
Saturday, July 7, 2012
TELAAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Septiko Aji
A. Pendahuluan
Perkembangan pendidikan di Indoneisa dewasa ini sangat
pesat. Pesatnya pendidikan bagi manusia berakibat tidak mampu untuk beradaptasi
dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang tidak menentu. Rasa
sadar untuk mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan
merupakan salah satu yang harus dilakukan agar mampu beradaptasi terhadap
perubahan di dalam kehidupan manusia.
Pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki manusia tidak terlepas dari proses belajar. Belajar
merupakan suatu kegiatan yang tidak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
setiap manusia. Belajar juga tidak hanya untuk mendapatkan suatu jawaban dari
persoalan maupun masalah yang dihadapinya. Melainkan belajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam hidupnya. Belajar selalu melekat
dalam kepribadian seseorang karena setiap orang selalu mendapatkan
persoalan-persoalan dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang dituntut
untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisis dan memperbaiki
cara-cara mempelajari sesuatu.
Teori
tentang belajar tidak akan berakhir dan akan terus dikembangkan. Perkembangan
teori belajar memunculkan rasa ketidakpuasan untuk mendapatkan cara belajar
yang efektif untuk menghadapi masalah atau persoalan setiap manusia. Teori
belajar yang dominan dewasa ini adalah teori belajar behavioristik dan teori
belajar kognitif. Toeri belajar behavioristik dilandasi atas perubahan perilaku
akibat adanya stimulus. Sedangkan teori belajar kognitif berkiblat pada faktor
internal manusia yaitu kemampuan atau potensi terutama pikiran. Teori belajar
behavioristik merupakan paham ilmu yang melihat proses belajar dari perilaku
manusia. Ilmu pengetahuan alam khsusnya mata pelajaran fisika merupaka bidang
ilmu yang mempelajari peristiwa alam secara ilmiah sesuai konsep-konsep. Dengan
demikian paham teori belajar behavioristik proses belajarnya seperti apa? dan bagaimana implementasinya
pada pembelajaran fisika?.
B. Pembahasan
Belajar merupakan proses perubahan perilaku si belajar.
perubahan perilaku dapat berwujud perilaku yang tampak oleh indera (overt behavior) dan yang tidak tampak
oleh indera (inert behavior).
Perilaku yang tampak misalnya : menulis, memukul, menangis, sedangkan perilaku
yang tidak tampak misalnya : berfikir, berkhayal dan bernalar. Aspek terpenting
dalam aliran behavioristik ini adalah hasil dari proses belajar tidak
dipengaruhi oleh faktor kemampuan internal manusia melainkan dari respon akibat
dari stimulus dari luar. Tokoh ilmuan paham teori belajar behavioristik
diantaranya Ivan Pavlov, Burr Federic Skinner, Edward Thorndike, John B. Watson
dan Clark C. Hull.
1. Teori Ivan Pavlov (Teori Classical Conditioning)
Beranjak
dari asumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan tertentu perilaku manusia bisa
berubah sesuai apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov melakukan eksperimen dengan
menggunakan anjing sebagai bahan percobaannya.
a.
Percobaan pertama mengungkapkan adanya respon yang
diberikan oleh anjing berupa keluarnya air liur ketika disodorkan sepiring daging.
Eksperimen Pavlov dilakukan terus menerus sehingga didapat suatu peristiwa
bahwa air liur sudah keluar saat anjing melihat piring. Keluarnya air liur
ketika melihat daging merupakan respon yang normal. Kemudian keluarnya air liur
ketika melihat piring merupakan refleks bersyarat (terkondisi) akibat kebiasaan
atau latihan. Refleks bersyarat akan muncul sebagai hasil belajar jika dilakukan
latihan.
b. Percobaan kedua, anjing dibiarkan lapar kemudian
dibunyikan bel dan dinyalakan lampu. Anjing mendengarkan dengan baik dan 15
detik kemudian barulah diberi daging.
Percobaan ini dilakukan terus menerus sehingga ketika bel berbunyi atau lampu
dinyalakan terjadilah reflek pengeluaran air liur dan semakin deras ketika
diberi sepotong daging. Dari percobaan kedua bunyi bel atau nyala lampu
merupakan conditioning stimulus.
Keluarnya air liur akibat dibunyikan bel dan nyala lampu merupakan conditioning reflex. Semakin derasnya
air liur ketika diberikan daging ketika air liur sudah keluar merupakan reinforce (penguatan).
c.
Percobaan Pavlov berikutnya bertujuan untuk
mengetahui refleks yang terbentuk bisa dihilangkan. Dari hasil percobaannya
didapat suatu kesimpulan bahwa :
·
Reflek yang terbentuk bisa dihilangkan jika
rangsang atau signal yang membentuknya telah hilang. Hal ini karena signal yang
telah dikenalnya telah dilupakan atau tidak pernah kembali.
·
Reflek bersyarat bisa dihilangkan dengan cara
membuat persyaratan yang baru.
Salah satu
konsep yang diambil dari eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda, stimulus dan
respon. Hubungan antara stimulus dan respon terbentuk akibat latihan yang dilakukan
berulang-ulang merupakan situasi yang terkondisikan (contioning) . Hubungan antar stimulus dengan respon semakin kuat
jika diberikan penguatan (reinforce).
Pada hakikatnya manusia dan anjing sangat berbeda, manusia memiliki akal,
pikiran dan perasaan. Jadi stimulus yang diberikan kepada seseorang belum tentu menghasilkan respon yang yang sama pada
percobaan Pavlov karena manusia memiliki akal dan perasaan.
2. Teori Burr Federic Skinner (Teori Operant Conditioning)
Skinner (1904-1990)
terkenal dengan teori operant
conditioning. Operant conditioning
merupakan suatu prosedur untuk mengontrol suatu organisme dengan cara pemberian
penguatan (reinforcement). Reinforcement pada operant conditioning berbeda dengan reinforcement classical conditioning. Pada classical conditioning pemberian penguatan terpusat pada kondisi-kondisi
tertentu. Reinforcement pada operan conditioning tidak bergantung
pada kondisi yang tidak disengaja terbentuk, melainkan karena pengaruh
lingkungan.
Percobaan
skinner yang terkenal adalah skinner box.
Skinner box merupakan sebuah kotak
yang di dalamnya terdapat tikus dan sebuah tuas. Tikus yang ada di dalam kotak
melakukan aktivitas sehingga suatu saat akan menekan tuas dan diikuti keluarnya
makanan. Setiap kali tikus menekan tuas makanan akan keluar sebagai hadiah.
Ketika aktivitas tikus tidak diimbangi dengan makanan maka perilaku tikus
semakin lama akan mengendor dan hilang.
Percobaan skinner box yang dilakukan skinner
menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi teori belajar behavioristik,
antara lain :
a. Pemberian sesuatu yang menyenangkan (reinforcement) akan memperkuat perilaku.
Begitu sebaliknya pemberian yang kurang menyenangkan (punishment) akan melemahkan perilaku.
b. Pemberian konsekuensi baik itu reinforcement maupun punishment dengan segera akan lebih
berpengaruh dari pada pemberian yang dalam waktu yang lama.
3. Teori Edward Lee Thorndike (Teori Koneksionisme)
Percobaan
yang dilakukan Thorndike menggunakan kucing muda yang lapar di dalam kandang.
Rasa lapar yang dirasakan kucing membuat kucing melakukan aktivitas yang
sembarangan agar bisa keluar dan menjemput makanan didepannya. Usaha yang
dilakukan kucing akan membuahkan hasil ketika menekan tombol dan pintu terbuka,
kegitan ini sering disebut kegiatan trial
and error. Percobaan ini dilakukan secara terus menerus sehingga aktivitas
yang sembarangan yang dilakukan kucing berkurang dan semakin cepat kucing
menyentuh tombol.
Thordike
berkeyakinan bahwa proses belajar yang dilakukan hewan akan sama yang dilakukan
manusia meskipun ada sisi lain yang berbeda yaitu akal dan perasaan. Thorndike
mengungkapkan prinsip-prinsip belajar melalui tiga hukum primer. Tiga hukum
primer thorndike meliputi :
1. Law of
readiness (hukum kesiapan), masalah pertama, jika ada kecenderungan ingin
melakukan sesuatudan kemudian dilakukan maka muncul kepuasan. Akibat dari
proses itu adalah tidak melakukan hal yang sama. Masalah kedua, jika ada rasa
kecenderungan ingin melakukan dan tidak dilakukan maka muncul rasa
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan mencari kegitan lain untuk menghilangkan
ketidakpuasan tersebut. Masalah yang terakhir adalah jika tidak ada rasa
kecenderungan ingin melakukan dan kemudian melakukannya maka akan muncul rasa
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan meninggalkannya.
2.
Law of
exercise (hukum latihan), hubungan antara stimulus dengan respon akan
semakin kuat karena adanya latihan yang berulang. Sebaliknya jika hubungan
antara stimulus dengan respon tidak pernah dilatih maka hubungannya akan
semakin melemah.
3. Law of
effect (hukum akibat ), hubungan (koneksi) antara sesutau yang membuat
merangsang (stimulaus) dengan tindakan (respon) akan menjadi kuat karena
dihasilkan sesuatu yang menyenangkan. Bila sesuatu yang dihasilkan tidak
menyenangkan maka hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin lemah.
4.
Teori
John B. Watson
John B.
Watson merupakan orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori
belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Teori belajar yang dikembangkan
Watson masih mengutarakan dua variable yaitu stimulus dan respon. Kedua
variable ini berbeda dengan pendapat beberapa tokoh behavioristik yang lainnya.
Stimulus dan respon harus dapat diukur sedangkan perubahan mental yang ada pada
diri si belajar tidak diperhitungkan karena tidak teramati. Stimulus oleh
Watson diartikan semua obyek yang berada dilingkungan, temasuk juga perubahan
kelenjar. Sedangkan respon adalah segala aktivitas yang dilakukan sebagai
jawaban atas respon yang diterima. Watson memandang beberapa hal pokok dalam
mengembangkan teori belajar diantaranya :
1.
Tidak mempercayai unsur keturunan sebagai penentu
perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan
sangat penting. Dengan demikian Watson memandang perubahan perilaku seseorang
akibat interaksi stimulus dan respon.
2.
Pengamatan proses belajar
yang dilakukan Watson adalah pengamatan perilaku akibat respon. Watson tidak
mempedulikan perubahan dalam jiwa dan pikirannya karena hal tersebut tidak
teramati.
3.
Keterampilan berbicara dan
berfikir berhubungan sangat erat. Kegitan berpikir didasarkan pada keterampilan
berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak teramati.
Konsep belajar
dari Watson dalam mengembangkan teori belajar adalah ketegasan pendapatnya
bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Belajar adalah
perubahan perilaku karena perilaku seseorang bisa teramati meskipun secara
tidak langsung pikiran manusia juga berubah.
5.
Teori Clark L.
Hull
Clark
L. Hull (1884-1952) merupakan seorang teoritis
belajar yang ide-idenya mempunyai pengaruh paling besar pada penelitian dan pengembangan
teori belajar pada tahun 1930-1940. Clark Hull juga menggunakan
variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian
belajar. Menurut Clark Hull, seseorang harus memiliki kebutuhan dan motif
sebelum melakukan belajar. Pengutan (reinforcement)
yang diberikan harus berdampak pada berkurangnya kebutuhan dan menjadi kepuasan
bagi si belajar. Oleh sebab itu kebutuhan dan pemuasan kebutuhan adalah penting
dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive stimulus reduction (pengurangan
kebutuhan) daripada satisfied factor.
Tingkah
laku dari seseorang yang tidak dapat diramalkan hanya dari hasil stimulus saja. Ia melukiskan bahwa belajar adalah
membentuk kebiasaan, dan sedikit penguatan harus diberikan untuk menambah
kekuatan kebiasaan itu. Penguatan itu terjadi sebagai akibat adanya stimulus
respon, penguatan tidak akan menambah kekuatan kebiasaan, tetapi hanya
meningkatkan performa individunya.
6.
Argument dan Implementasi Teori Belajar
Behaviosirtik pada Pembelajaran
Belajar
merupakan suatu perubahan menuju hal yang lebih baik lagi dalam menghadapi persoalan kehidupan. Teori belajar yang
sangat berbengaruh saat ini adalah teori perilaku dan teori belajar kognitif.
Pada teori belajar behavioristik tentang perubahan perilaku akibat adanya
hubungan stimulus dan respon terdapat sebuah teori yang mendukung untuk
diterapkan dalam pembelajaran fisika. Teori tersebut adalah teori belajar yang
dikembangkan oleh Edward Thorndike. Teori koneksionisme ini menjelaskan adanya
hubungan antara stimulus dan respon karena adanya dorongan aktivitas. Munculnya
stimulus jika dihadapkan pada suasana yang baru membuat sesuatu untuk melakukan
hal-hal atau aktivitas agar mendapatkan apa yang diinginkan. Teori tersebut
sering disebut teori trial and error.
Teori trial and error sangat cocok diterapkan
pada pembelajaran fisika karena akan membentuk pola pikir yang baru jika
dihadapkan lingkungan peristiwa yang baru juga. Jika dihadapkan pada situasi
yang baru pada pembelajaran fisika seorang siswa akan mencoba berbagai hal
untuk menemukan sesuatu sebagai solusi. Kita tahu bahwa pembelajaran fisika
sering dihadapkan persoalan-persoalan dalam kehidupan yang baru. Kemampuan
seorang siswa dalam menghadapi hal-hal yang baru dilingkungan ini akan
berdampak positif dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat nantinya yang
lebih kompleks.
Teori
belajar trial and error memiliki
cirri-ciri adanya motif pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap situasi,
ada eliminasi kegagalan/salah dan kemajuan reaksi mencapai tujuan. Teori ini
sangat bagus efeknya untuk membangun mental siswa dalam menghadapi situasi baru
dilingkungan. Adanya eliminasi kesalahan
dalam belajar untuk mencapai tujuan merupakan pencerminan diri untuk merubah
perilaku semaksimal mungkin untuk menghadapi persoalan yang ada dalam
kehidupan.
Implementasi
teori belajar behavioristik pada pembelajaran harus fleksibel. Penggunaan teori
behavioristik bergantung pada kondisi-kondisi tertentu. Hal ini karena teori
belajar behavioristik menganggap perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Sedangkan
manusia melakukan belajar tidak hanya sekedar melakukan perubahan perilaku,
melainkan pikiran dan pemahamannya juga berubah. Kegiatan belajar juga bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Terkait
implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran, Pavlov
mengungkapkan adanya rangsangan yang menyenangkan akan direspon dan akan di
ulang. Sebagai contoh guru memberikan senyuman dan apresiasi kepada siswa yang
mengerjakan PR (pekerjaan rumah), maka siswa tersebut akan mengulang untuk mengerjakan
soal setiap diberikan PR.
Penerapan
teori Thorndike tentang adanya perilaku yang muncul akibat lingkungan akan meningkat jika di beri rangsangan yang
disertai reinforcement. Sebagai
contoh seorang guru memberikan apresiasi dan selamat kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan. Maka siswa tersebut akan merasa aktive untuk berusaha
menjawab setiap diadakan kegiatan Tanya jawab.
Clark
C. Hull mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat kondisi rasa ingin
tahu. Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan dengan memberikan
dua hal yang bertentangan dalam memberikan suatu contoh. Dengan demikian muncul
rasa ingin tahu dan termotivasi untuk belajar.
C. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik merupakan perubahan perilaku
seseorang akibat adanya stimulus yang diberikan. Perubahan perilaku sesorang
merupakan respon atau tanggapan dengan adanya rangsangan. Perubahan perilaku
terbentuk akibat adanya latihan dan kebiasaan. Munculnya kebiasan sebagai
penyebab perubahan tingkah laku didasari adanya penguatan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Djaali. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Hill, Winfred F. 2010. Theories
Of Learning. Bandung : Nusa Media
Mulyati. 2005. Psikologi
Belajar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Rifa’I R.C, A dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES Press
Syah, Muhibbin. 1999.
Psikologi Belajar. Jakarta : PT
Radjagrafindo Persada Saturday, June 23, 2012
"Mengenal Teknik Membaca" untuk Belajar yang Efektif
Kurikulum pendidikan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen. Salah satu prinsip dalam mengembangkan KTSP adalah berpusat pada potensi. Penggunaan kata “kompetensi” sebagai basis kurikulum bertujuan untuk memberikan penekanan pada proses pembelajaran yang mengkondisikan setiap siswa agar mampu merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh dalam kehidupan (Puskur, 2008).
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat dilakukan dengan membaca buku teks atau buku ajar. Carter dalam (Wiryodijoyo, 1989) mengartikan membaca sebagai sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang. Proses membaca secara keseluruhan melibatkan berbagai aspek di antarannya ingatan, pengalaman, otak, pengetahuan, kemapuan bahasa, keadaan psikologis, dan emosional.
Kegiatan membaca terdapat berbagai ragam teknik membaca. Pemilihan teknik membaca bergantung pada kondisi bacaan dan tujuan membaca (Haryadi, 2006). Teknik membaca dapat diklarifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teknik dasar, teknik menengah, dan teknik lanjutan. Teknik dasar dan teknik menengah biasa digunakan bagi pembaca tingkat pemula. Teknik lanjutan yang merupakan teknik membaca cepat dibedakan menjadi dua teknik yaitu teknik skimming dan teknik scanning. Teknik scanning digunakan untuk menemukan kata tertentu dalam kamus atau mencari nomor telepon. Sedangkan teknik skimming merupakan keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Dalam menggunakan teknik skimming diharapkan dapat mengambil intisari dari suatu bacaan yang berupa ide pokok atau hal-hal yang penting (Soedarso, 2004). Teknik membaca skimming juga termasuk membaca cepat dan digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran dan memperoleh kesan umum dari sebuah buku yang dibaca.
Binatang Purba di Dunia Modern
Bagi masyarakat Flores, komodo adalah binatang pembawa berkah. Reptil raksasa itu telah melambungkan nama provinsi termiskin keempat dari 33 provinsi di Indonesia (BPS 2012) tersebut ke kancah nasional, bahkan internasional. Empat pulau habitat binatang itu, yaitu Komodo, Rinca, Gili Motong, dan Nusa Kode di Kabupaten Labuan Bajo, pun ramai didatangi pengunjung.
Komodo berangsur terkenal sejak ditemukan peneliti asing pada 1910. Seiring dengan popularitasnya yang mendunia, semakin banyak orang yang menyambangi keempat pulau itu, terutama Pulau Komodo dan Rinca, dua pulau dengan populasi komodo terbanyak. Tak hanya wisatawan, banyak juga yang datang untuk meneliti keunikan binatang purba yang masih bertahan sampai sekarang
PENDAHULUAN "Publikasi sebuah Peristiwa"
Sampai saat ini kita meyakini bahwa tanah yang kita pijak menyimpan sejuta momen dan peristiwa yang sangat bersejarah. Kita bisa tahu keperkasaan kerajaan Mataram, kewibawaan Sultan Hasanudin dan semangat juang rakyat Singosari dari sebuah prasasti yang ditemukan oleh sejarawan.
Thursday, June 21, 2012
PERAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MASYARAKAT
Septiko Aji
Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia mempersiapkan generasi mudanya. Dalam mempersiapkan generasi muda tersebut, pendidikan harus mulai dari apa yang sudah memilikinya dan apa yang sudah diketahuinya. Apa yang sudah dimilikinya dan sudah diketahuinya itu adalah apa yang terdapat pada lingkungan terdekat peserta didik terutama pada lingkungan budayanya. Prinsip ini berkenaan dengan cara bagaimana peserta didik belajar.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat peserta didik akan selalu berpengaruh terhadap kehidupan peserta didik. Pengaruh itu terkadang positif tetapi tidak jarang pula bersifat negative. Sebagai upaya sadar, pendidikan haruslah memperkuat dan mengembangkan pengaruh positif dan mengurangi pengaruh negative tersebut. Pengaruh positif diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai budaya masyarakat dan bangsa untuk menjadi sesuatu menjadi suatu kepribadian baru peserta didik. Dalam bahasa undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan berfungsi untuk “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
1. Pentingnya Pendidikan Multikultural
Jika dikaji lebih lanjut maka dunia pendidikan Indonesia tidak saja harus berlandaskan pada kebudayaan tetapi juga harus berhadapan dengan tugas harus mengembangkan berbagai budaya yang ada di tnah air dan menjadi bagian dari kehidupan peserta didik. Dalam realita sosial-budaya yang demikian maka pendidikan multikultural merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dihindari. Hasan (2006) mengungkapkan ada lima alasan mengapa pendidikan multikultural diperlukan yaitu :
- Perubahan kehidupan manusia Indonesia yang disebabkan kemajuan ekonomi memperbesar jurang sosial antara kelompok aras dan kelompok bawah.
- Adanya perpindahan dan mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Perpindahan dan mobilitas yang tinggi menyebabkan adanya pertmemuan yang sering dan intens antara kelompok dengan budaya yang berbeda.
- Semakin terbukanya daerah-daerah pedesaan.
- Berbagai konflik sosial budaya yang muncul akhir-akhir ini memperlihatkan adanya kesalahfahaman budaya yang sangat besar antara kelompok yang bertikai. Dampak dari pertikaian itu menyakitkan kedua bekah oihak dan memerlukan upaya pendidikan untuk memperbaikinya.
- Menghapus mitos dan tafsiran sejarah yang tidak menguntungkan bagi persatuan bangsa. Berbagai peristiwa mitos sejarah sangat merugikan hubungan antara kelompok budaya yang ada di Indonesia.
2. Pendidikan Multikultural sebagai Pengembang Kurikulum
Pendidikan multikultur adalah pendidikan nilai yang harus ditanamkan pada siswa sebagai calon warga negara, agar memiliki persepsi dan sikap multikulturalistik, bisa hidup berdampingan dalam keragaman watak kultur, agama dan bahasa, menghormati hak setiap warga negara tanpa membedakan etnik mayoritas atau minoritas, dan dapat bersama-sama membangun kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam percaturan global dan nation dignity yang kuat.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan pengembangan multikultural harus didasarkan pada empat prinsip. Pertama, keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat. Kedua, keragaman budaya dijadikan dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum, seperti tujuan, konten, proses, dan evaluasi. Ketiga, budaya dilingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar siswa. Keempat, kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan nasional.
Implementasi pendidikan multikultur pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat dilakukan secara komprehensif melalui pendidikan kewargaan dan melalui Pendidikan Agama, dapat dilakukan melalui pemberdayaan slot-slot kurikulum atau penambahan atau perluasan kompetensi hasil belajar dalam konteks pembinaan akhlak mulia, memiliki intensitas untuk membina dan mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama, dengan memberi penekanan pada berbagai kompetensi dasar sebagaimana telah terpapar di atas. Kemudian, juga harus dilakukan dalam pendekatan deduktif dengan kajian yang relevan, kemudian dikembangkan menjadi norma-norma keagamaan, norma hukum, etik, maupun norma sosial kemasyarakatan.
3. Pendidikan Multikultural sebagai Solusi Ancaman Keberagaman
Kata kunci istilah multicultural adalah kebudayaan. Meskipun istilah itu sampai saat ini masih menjadi perdebatan, tetapi tampaknya ada semacam kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan bahasa, sejarah, kepercayaan, nilai moral, asal-usul geografis dan segara sesuatu yang khas dimilikioleh kelompok (Pradipto, 2005: 15). Kebudayaan tentu saja berbeda antara kelompok satu dengan yang lain dengan cirri khasnya masing-masing.
Sebenarnya keanekaragaman budaya yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia telah disadari dan dikenal sejak nenek moyang. Nilai-nilai luhur telah mewatak di antara anggota masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai moral ketimuran yang dapat dibanggakan. Adanya sikap gotong royong, saling menghargai satu sarna lain, mendahulukan kepentingan bersama dan kebersamaan merupakan pola perilaku yang mendarah daging kala itu. Keanekaragaman budaya Indonesis kemudian dikukuhkan di dalam Undangundang Dasar 1945. Pemerintahan Orde baru bahkan menanamkan slogan Bhinneka Tunggal Ika dengan persepsi yang kurang tepal Keragaman yang pada hakekatnya perlu adanya pemahaman multikultural justru dibelokkan dengan munculnya monokultural. Keberagaman tersebut diharapkan tetap berada dalan satu keutuhan dan kesatuan. Untuk itu adanya keberagaman itu sendiri menjadi kabur. Dalam hal ini, ada tarik-menarik kekuatan monokulturalisme dan multikulturalisme dalam konteks pengelolaan negara. Kesatuan, di satu sisi diperlukan sebagai kekuatan dala pengelolaan negara dan sebagai identitas nasional. Keberagaman, di sisi yang lain dapat membentuk negara. Monokulturalisme muncul dari kebutuhan untuk mempersatukan budaya yang berbeda. Multikulturalisme justru semakin kuat dengan mengedepankan kepentingan masing-masing budaya lokal.
Pendidikan multikultural merupakan serangkaian konsep, petunjuk tingkah laku dan arena yang secara resmi diformulasi melalui kurikulum, regulasi, metode pembelajaran, kemampuan guru, hubungan antar sekolah dan masyarakat dalam istilah multikulturalisme (Kusmaryani, 2006). Pendidikan yang mengedepankan isu keberagaman dalam masyarakat menjadi inti dari pendidikan multikultural. Pendidikan ini lebih menekankan pada penanaman moral dibandingkan dengan pola-pola pendidikan birokratis yang lebih mengorientasikan pada tampilan kecerdasan pikiran.
Pendidikan multikultural dipandang sebagai proses belajar altematif yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaan lokal. Kebijakan otonomi pendidikan mendukung upaya yang mengedepankan kepentingan dan keberagaman lokal. Tantangan bagi pendidikan justru muncul ketika dihadapkan pada upaya mempertahankan keutuhan negara. Sekolah seringkali menjadi alat bagi dominansi otoritas nasional yang memikul beban untuk menjaga integrasi bangsa melalui pengajaran. Adanya kurikulum nasional dan standardisasi ujian merupakan contoh konkrit dari kasus tersebul Hal itu berangkat dari asumsi bahwa keberagaman harus tetap berada dalam keutuhan dan kesatuan, yang pada akhimya memunculkan monokulturalisme.
4. Pendidikan Multikultural sebagai Penanaman Moral
Dalam membentuk perilaku moral seseorang, proses-proses belajar memegang peranan penting. Untuk itu, pengaruh lingkungan sebagai tempat melakukan proses belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral. Lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat ikut memberikan kontribusi yang pantas diperhitungkan. Lingkungan sekolah, terutama, menjadi institusi sentral yang diharapkan dapat memberikan pendidikan moral. Pada kenyataannya, ada semacam kecenderungan bahwa institusi sekolah terjebak dengan birokrasi persekolahan dan birokrasi kehidupan. Birokrasi tersebut melumpuhkan dan bahkan mematikan alam pikiran merdeka individu dan masyarakat organisasi. Pendidikan moral dan pembentukan moral tidak lagi menjadi komitmen. Orientasi dan perilaku moral dikesampingkan digantikan oleh kecerdasan pikiran, keahlian dan berbagai perilaku tampil di lapisan luar.
Dalam pendidikan multikultural, nilai-nilai kesetaraan dan kebersamaan perlu ditanamkan. Kusmaryani (2006) mengungkapkan sikap superioritas yang justru menghambat pemahaman akan keberagaman perlu dihilangkan. Hal ini seringkali terkait dengan kesukuan, ras, agama, jender dan sebagainya. Kelompok tertentu diharapkan tidak merasa lebih tinggi dari kelompok lain. Untuk itu, kerja belajar kooperatif dan kolaboratif dikembangkan secara aktif dalam memberikan kesadaran akan kesetaraan dan kebersamaan tersebut. Kerja belajar seperti itu akan membiasakan untuk berinteraksi dengan kelompok lain yang memiliki perbedaan. Seseorang akan berupaya bagaimana menyelesaikan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan yang sarna, meskipun dari kelompok yang berbeda-beda. Kondisi ini memaksa seseorang untuk lebih memahami kelompok lain maupun orang lain agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
Kesadaran nilai kemanusiaan juga menjadi hal yang penting. Perlunya pemahaman akan adanya eksistensi manusia secara utuh. Memahami manusia dengan keberadaanya perlu menyadari bahwa manusia memiliki kemerdekaan yang perlu dihargai. Untuk itu, semua yang ada dalam diri manusia penting untuk dipahami ketika berinteraksi dengan manusia lainnya. Cara berpikir demikian akan memberikan konsekuensi munculnya perilaku interaktif yang positif. Perilaku tersebut seperti misalnya penghargaan terhadap orang lain, kesediaan untuk bergotong royong, tidak menghakimi orang lain, empati dan sebagainya. Perilaku moral yang demikian tampaknya perlu dijaga dan dilestarikan.
SNMPTN 2012 "Ketika Mereka yang Bersorak"
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi melalui pola seleksi secara nasional dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi negeri secara bersama untuk diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Berdasarkan hasil rapat Pengurus Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2011, para Rektor Perguruan Tinggi Negeri di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan seleksi calon mahasiswa baru secara nasional dalam bentuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). SNMPTN 2012 merupakan satu-satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak. SNMPTN 2012 dilaksanakan melalui (1) jalur undangan berdasarkan penjaringan prestasi akademik, dan (2)jalur ujian tertulis.(khusus program studi Ilmu Seni dan Keolahragaan melaksanakan ujian keterampilan). Sejalan dengan program Pemerintah tentang Bidikmisi, bagi calon yang dinyatakan diterima melalui masing-masing jalur seleksi dapat mengajukan permohonan memperoleh beasiswa Bidikmisi sehingga mendukung keberlanjutan studinya.
Informasi ini menyajikan ketentuan umum SNMPTN 2012 yang terdiri dari dua bagian, yaitu: Bagian 1 (satu) tentang Jalur Undangan dan Bagian 2 (dua) tentang Jalur Ujian Tertulis dan Keterampilan. Informasi yang disajikan meliputi persyaratan, cara pendaftaran, jenis ujian, jadwal, biaya, dan kelompok Program Studi, baik Kelompok IPA maupun IPS, dari 61 Perguruan Tinggi Negeri. Informasi ini diterbitkan untuk dipergunakan dan dicermati secara seksama oleh calon peserta yang akan mengikuti SNMPTN 2012 sehingga calon peserta dapat mempersiapkan diri dalam memilih Program Studi yang dikehendaki dan dapat menjadi panduan awal untuk mengikuti proses seleksi SNMPTN dengan baik.
Secara rinci informasi tentang tata cara pendaftaran dan pelaksanaan SNMPTN akan dimuat dalam Buku Panduan Peserta SNMPTN 2012 yang dapat diakses di laman (website) resmi http://www.snmptn.ac.id. Mudah-mudahan Informasi ini bermanfaat bagi persiapan peserta untuk mengikuti SNMPTN.
Subscribe to:
Posts (Atom)