Thursday, July 26, 2012

PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES UNTUK MENGUKUR LITERASI SAINS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP BUDAYA LOKAL INDONESIA


Septiko Aji *

Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar IPA perlu dilakukan untuk melihat buah dari kurikulum yang dikembangkan. Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi pengetahuan (knowledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil karya (product), dan afektif (affective). Adapun hasil belajar tersebut dapat diungkap atau dideteksi melalui beberapa cara atau teknik seperti : pilihan atau respons terbatas (selected response), assessmen esai (essay assessment), assessmen kinerja (performance assessment), dan komunikasi personal (personal communication) (BALITBANG, 2007).
Penelitian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu Programe for International Student Assessment (PISA) tentang prestasi literasi sains, literasi matematika dan literasi membaca. Program PISA ini diperuntukan untuk anak usia 15 tahun yang telah dilaksanakan tiga periode. Indonesia ikut berpartisipasi dalam tiga periode penelitian tersebut. Pertama, tahun 2000 diikuti oleh 41 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains  (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006  diikuti oleh 57 negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 bidang sains (OECD, 2007). Keempat, tahun 2009 diikuti oleh 65 negara, Indonesia berada pada urutan ke-60 bidang sains (OECD, 2010). Berkaitan dengan literasi sains kedudukan Indonesia masih tergolong rendah. Dimensi yang disoroti dalam progam PISA adalah dimeni isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
 Penelitian dan pengembangan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan prestasi literasi sains tersebut diatas dirasa kurang dalam instrument yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut menggunakan soal tes obyektif berupa soal pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda saja masih kurang untuk mengungkapkan dimensi dari literasi sains (content, process and context). Bentuk soal pilihan ganda pada hakekatnya hanya mengungkapkan benar dan salah (Arikunto, 2006). Bentuk soal pilihan ganda banyak digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan tidak cocok untuk mengukur berfikir sains dan proses ilmiah. Dengan demikian dibutuhkan sebuah pengembangan assessment tes untuk mengukur prestasi literasi sains yang memiliki dimensi isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
<Fulltext>

No comments:

Post a Comment