Saturday, July 7, 2012

TELAAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Septiko Aji
A. Pendahuluan 

Perkembangan pendidikan di Indoneisa dewasa ini sangat pesat. Pesatnya pendidikan bagi manusia berakibat tidak mampu untuk beradaptasi dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang tidak menentu. Rasa sadar untuk mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu yang harus dilakukan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan di dalam kehidupan manusia.
            Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki manusia tidak terlepas dari proses belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak untuk mendapatkan  pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan setiap manusia. Belajar juga tidak hanya untuk mendapatkan suatu jawaban dari persoalan maupun masalah yang dihadapinya. Melainkan belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam hidupnya. Belajar selalu melekat dalam kepribadian seseorang karena setiap orang selalu mendapatkan persoalan-persoalan dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisis dan memperbaiki cara-cara mempelajari sesuatu.
            Teori tentang belajar tidak akan berakhir dan akan terus dikembangkan. Perkembangan teori belajar memunculkan rasa ketidakpuasan untuk mendapatkan cara belajar yang efektif untuk menghadapi masalah atau persoalan setiap manusia. Teori belajar yang dominan dewasa ini adalah teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif. Toeri belajar behavioristik dilandasi atas perubahan perilaku akibat adanya stimulus. Sedangkan teori belajar kognitif berkiblat pada faktor internal manusia yaitu kemampuan atau potensi terutama pikiran. Teori belajar behavioristik merupakan paham ilmu yang melihat proses belajar dari perilaku manusia. Ilmu pengetahuan alam khsusnya mata pelajaran fisika merupaka bidang ilmu yang mempelajari peristiwa alam secara ilmiah sesuai konsep-konsep. Dengan demikian paham teori belajar behavioristik  proses belajarnya seperti apa? dan bagaimana implementasinya pada pembelajaran fisika?.

B. Pembahasan

Belajar merupakan proses perubahan perilaku si belajar. perubahan perilaku dapat berwujud perilaku yang tampak oleh indera (overt behavior) dan yang tidak tampak oleh indera (inert behavior). Perilaku yang tampak misalnya : menulis, memukul, menangis, sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya : berfikir, berkhayal dan bernalar. Aspek terpenting dalam aliran behavioristik ini adalah hasil dari proses belajar tidak dipengaruhi oleh faktor kemampuan internal manusia melainkan dari respon akibat dari stimulus dari luar. Tokoh ilmuan paham teori belajar behavioristik diantaranya Ivan Pavlov, Burr Federic Skinner, Edward Thorndike, John B. Watson dan Clark C. Hull.
1.      Teori Ivan Pavlov (Teori Classical Conditioning)
Beranjak dari asumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan tertentu perilaku manusia bisa berubah sesuai apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov melakukan eksperimen dengan menggunakan anjing sebagai bahan percobaannya.
a.        Percobaan pertama mengungkapkan adanya respon yang diberikan oleh anjing berupa keluarnya air liur ketika disodorkan sepiring daging. Eksperimen Pavlov dilakukan terus menerus sehingga didapat suatu peristiwa bahwa air liur sudah keluar saat anjing melihat piring. Keluarnya air liur ketika melihat daging merupakan respon yang normal. Kemudian keluarnya air liur ketika melihat piring merupakan refleks bersyarat (terkondisi) akibat kebiasaan atau latihan. Refleks bersyarat akan muncul sebagai hasil belajar jika dilakukan latihan.
b.   Percobaan kedua, anjing dibiarkan lapar kemudian dibunyikan bel dan dinyalakan lampu. Anjing mendengarkan dengan baik dan 15 detik kemudian barulah diberi  daging. Percobaan ini dilakukan terus menerus sehingga ketika bel berbunyi atau lampu dinyalakan terjadilah reflek pengeluaran air liur dan semakin deras ketika diberi sepotong daging. Dari percobaan kedua bunyi bel atau nyala lampu merupakan conditioning stimulus. Keluarnya air liur akibat dibunyikan bel dan nyala lampu merupakan conditioning reflex. Semakin derasnya air liur ketika diberikan daging ketika air liur sudah keluar merupakan reinforce (penguatan).
c.        Percobaan Pavlov berikutnya bertujuan untuk mengetahui refleks yang terbentuk bisa dihilangkan. Dari hasil percobaannya didapat suatu kesimpulan bahwa :
·         Reflek yang terbentuk bisa dihilangkan jika rangsang atau signal yang membentuknya telah hilang. Hal ini karena signal yang telah dikenalnya telah dilupakan atau tidak pernah kembali.
·         Reflek bersyarat bisa dihilangkan dengan cara membuat persyaratan yang baru.
            Salah satu konsep yang diambil dari eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda, stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon terbentuk akibat latihan yang dilakukan berulang-ulang merupakan situasi yang terkondisikan (contioning) . Hubungan antar stimulus dengan respon semakin kuat jika diberikan penguatan (reinforce). Pada hakikatnya manusia dan anjing sangat berbeda, manusia memiliki akal, pikiran dan perasaan. Jadi stimulus yang diberikan kepada seseorang belum tentu  menghasilkan respon yang yang sama pada percobaan Pavlov karena manusia memiliki akal dan perasaan.
2.       Teori Burr Federic Skinner (Teori Operant Conditioning)
            Skinner (1904-1990) terkenal dengan teori operant conditioning. Operant conditioning merupakan suatu prosedur untuk mengontrol suatu organisme dengan cara pemberian penguatan (reinforcement). Reinforcement pada operant conditioning berbeda dengan reinforcement classical conditioning. Pada classical conditioning pemberian penguatan terpusat pada kondisi-kondisi tertentu. Reinforcement pada operan conditioning tidak bergantung pada kondisi yang tidak disengaja terbentuk, melainkan karena pengaruh lingkungan.
            Percobaan skinner yang terkenal adalah skinner box. Skinner box merupakan sebuah kotak yang di dalamnya terdapat tikus dan sebuah tuas. Tikus yang ada di dalam kotak melakukan aktivitas sehingga suatu saat akan menekan tuas dan diikuti keluarnya makanan. Setiap kali tikus menekan tuas makanan akan keluar sebagai hadiah. Ketika aktivitas tikus tidak diimbangi dengan makanan maka perilaku tikus semakin lama akan mengendor dan hilang.
            Percobaan skinner box yang dilakukan skinner menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi teori belajar behavioristik, antara lain :
a.       Pemberian sesuatu yang menyenangkan (reinforcement) akan memperkuat perilaku. Begitu sebaliknya pemberian yang kurang menyenangkan (punishment) akan melemahkan perilaku.
b.  Pemberian konsekuensi baik itu reinforcement maupun punishment dengan segera akan lebih berpengaruh dari pada pemberian yang dalam waktu yang lama.
3.      Teori Edward Lee Thorndike (Teori Koneksionisme)
            Percobaan yang dilakukan Thorndike menggunakan kucing muda yang lapar di dalam kandang. Rasa lapar yang dirasakan kucing membuat kucing melakukan aktivitas yang sembarangan agar bisa keluar dan menjemput makanan didepannya. Usaha yang dilakukan kucing akan membuahkan hasil ketika menekan tombol dan pintu terbuka, kegitan ini sering disebut kegiatan trial and error. Percobaan ini dilakukan secara terus menerus sehingga aktivitas yang sembarangan yang dilakukan kucing berkurang dan semakin cepat kucing menyentuh tombol.
            Thordike berkeyakinan bahwa proses belajar yang dilakukan hewan akan sama yang dilakukan manusia meskipun ada sisi lain yang berbeda yaitu akal dan perasaan. Thorndike mengungkapkan prinsip-prinsip belajar melalui tiga hukum primer. Tiga hukum primer thorndike meliputi :
1.        Law of readiness (hukum kesiapan), masalah pertama, jika ada kecenderungan ingin melakukan sesuatudan kemudian dilakukan maka muncul kepuasan. Akibat dari proses itu adalah tidak melakukan hal yang sama. Masalah kedua, jika ada rasa kecenderungan ingin melakukan dan tidak dilakukan maka muncul rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan mencari kegitan lain untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut. Masalah yang terakhir adalah jika tidak ada rasa kecenderungan ingin melakukan dan kemudian melakukannya maka akan muncul rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan meninggalkannya.
2.        Law of exercise (hukum latihan), hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin kuat karena adanya latihan yang berulang. Sebaliknya jika hubungan antara stimulus dengan respon tidak pernah dilatih maka hubungannya akan semakin melemah.
3.        Law of effect (hukum akibat ), hubungan (koneksi) antara sesutau yang membuat merangsang (stimulaus) dengan tindakan (respon) akan menjadi kuat karena dihasilkan sesuatu yang menyenangkan. Bila sesuatu yang dihasilkan tidak menyenangkan maka hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin lemah.

4.      Teori John B. Watson
John B. Watson merupakan orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Teori belajar yang dikembangkan Watson masih mengutarakan dua variable yaitu stimulus dan respon. Kedua variable ini berbeda dengan pendapat beberapa tokoh behavioristik yang lainnya. Stimulus dan respon harus dapat diukur sedangkan perubahan mental yang ada pada diri si belajar tidak diperhitungkan karena tidak teramati. Stimulus oleh Watson diartikan semua obyek yang berada dilingkungan, temasuk juga perubahan kelenjar. Sedangkan respon adalah segala aktivitas yang dilakukan sebagai jawaban atas respon yang diterima. Watson memandang beberapa hal pokok dalam mengembangkan teori belajar diantaranya :  
1.        Tidak mempercayai unsur keturunan sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Dengan demikian Watson memandang perubahan perilaku seseorang akibat interaksi stimulus dan respon.
2.        Pengamatan proses belajar yang dilakukan Watson adalah pengamatan perilaku akibat respon. Watson tidak mempedulikan perubahan dalam jiwa dan pikirannya karena hal tersebut tidak teramati.
3.        Keterampilan berbicara dan berfikir berhubungan sangat erat. Kegitan berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak teramati.
            Konsep belajar dari Watson dalam mengembangkan teori belajar adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Belajar adalah perubahan perilaku karena perilaku seseorang bisa teramati meskipun secara tidak langsung pikiran manusia juga berubah.
5.       Teori Clark L. Hull
            Clark L. Hull (1884-1952) merupakan seorang teoritis belajar yang ide-idenya mempunyai pengaruh paling besar pada penelitian dan pengembangan teori belajar pada tahun 1930-1940.  Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, seseorang harus memiliki kebutuhan dan motif sebelum melakukan belajar. Pengutan (reinforcement) yang diberikan harus berdampak pada berkurangnya kebutuhan dan menjadi kepuasan bagi si belajar. Oleh sebab itu kebutuhan dan pemuasan kebutuhan adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive stimulus reduction (pengurangan kebutuhan) daripada satisfied factor.
            Tingkah laku dari seseorang yang tidak dapat diramalkan hanya dari hasil stimulus  saja. Ia melukiskan bahwa belajar adalah membentuk kebiasaan, dan sedikit penguatan harus diberikan untuk menambah kekuatan kebiasaan itu. Penguatan itu terjadi sebagai akibat adanya stimulus respon, penguatan tidak akan menambah kekuatan kebiasaan, tetapi hanya meningkatkan performa individunya.
6.       Argument dan Implementasi Teori Belajar Behaviosirtik pada Pembelajaran
            Belajar merupakan suatu perubahan menuju hal yang lebih baik lagi dalam menghadapi  persoalan kehidupan. Teori belajar yang sangat berbengaruh saat ini adalah teori perilaku dan teori belajar kognitif. Pada teori belajar behavioristik tentang perubahan perilaku akibat adanya hubungan stimulus dan respon terdapat sebuah teori yang mendukung untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Teori tersebut adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Edward Thorndike. Teori koneksionisme ini menjelaskan adanya hubungan antara stimulus dan respon karena adanya dorongan aktivitas. Munculnya stimulus jika dihadapkan pada suasana yang baru membuat sesuatu untuk melakukan hal-hal atau aktivitas agar mendapatkan apa yang diinginkan. Teori tersebut sering disebut teori trial and error.
            Teori trial and error sangat cocok diterapkan pada pembelajaran fisika karena akan membentuk pola pikir yang baru jika dihadapkan lingkungan peristiwa yang baru juga. Jika dihadapkan pada situasi yang baru pada pembelajaran fisika seorang siswa akan mencoba berbagai hal untuk menemukan sesuatu sebagai solusi. Kita tahu bahwa pembelajaran fisika sering dihadapkan persoalan-persoalan dalam kehidupan yang baru. Kemampuan seorang siswa dalam menghadapi hal-hal yang baru dilingkungan ini akan berdampak positif dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat nantinya yang lebih kompleks.
            Teori belajar trial and error memiliki cirri-ciri adanya motif pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap situasi, ada eliminasi kegagalan/salah dan kemajuan reaksi mencapai tujuan. Teori ini sangat bagus efeknya untuk membangun mental siswa dalam menghadapi situasi baru dilingkungan. Adanya eliminasi  kesalahan dalam belajar untuk mencapai tujuan merupakan pencerminan diri untuk merubah perilaku semaksimal mungkin untuk menghadapi persoalan yang ada dalam kehidupan.    
            Implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran harus fleksibel. Penggunaan teori behavioristik bergantung pada kondisi-kondisi tertentu. Hal ini karena teori belajar behavioristik menganggap perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Sedangkan manusia melakukan belajar tidak hanya sekedar melakukan perubahan perilaku, melainkan pikiran dan pemahamannya juga berubah. Kegiatan belajar juga bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
            Terkait implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran, Pavlov mengungkapkan adanya rangsangan yang menyenangkan akan direspon dan akan di ulang. Sebagai contoh guru memberikan senyuman dan apresiasi kepada siswa yang mengerjakan PR (pekerjaan rumah), maka siswa tersebut akan mengulang untuk mengerjakan soal setiap diberikan PR.  
            Penerapan teori Thorndike tentang adanya perilaku yang muncul akibat lingkungan akan  meningkat jika di beri rangsangan yang disertai reinforcement. Sebagai contoh seorang guru memberikan apresiasi dan selamat kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan. Maka siswa tersebut akan merasa aktive untuk berusaha menjawab setiap diadakan kegiatan Tanya jawab.
            Clark C. Hull mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat kondisi rasa ingin tahu. Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan dengan memberikan dua hal yang bertentangan dalam memberikan suatu contoh. Dengan demikian muncul rasa ingin tahu dan termotivasi untuk belajar. 

C. Kesimpulan 
Teori belajar behavioristik merupakan perubahan perilaku seseorang akibat adanya stimulus yang diberikan. Perubahan perilaku sesorang merupakan respon atau tanggapan dengan adanya rangsangan. Perubahan perilaku terbentuk akibat adanya latihan dan kebiasaan. Munculnya kebiasan sebagai penyebab perubahan tingkah laku didasari adanya penguatan yang diberikan.

Daftar Pustaka
Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Hill, Winfred F. 2010. Theories Of Learning. Bandung : Nusa Media
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Rifa’I R.C, A dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES Press
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Radjagrafindo Persada 


No comments:

Post a Comment