Septiko Aji
A. Pendahuluan
Perkembangan pendidikan di Indoneisa dewasa ini sangat
pesat. Pesatnya pendidikan bagi manusia berakibat tidak mampu untuk beradaptasi
dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang tidak menentu. Rasa
sadar untuk mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan
merupakan salah satu yang harus dilakukan agar mampu beradaptasi terhadap
perubahan di dalam kehidupan manusia.
Pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki manusia tidak terlepas dari proses belajar. Belajar
merupakan suatu kegiatan yang tidak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
setiap manusia. Belajar juga tidak hanya untuk mendapatkan suatu jawaban dari
persoalan maupun masalah yang dihadapinya. Melainkan belajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam hidupnya. Belajar selalu melekat
dalam kepribadian seseorang karena setiap orang selalu mendapatkan
persoalan-persoalan dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang dituntut
untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisis dan memperbaiki
cara-cara mempelajari sesuatu.
Teori
tentang belajar tidak akan berakhir dan akan terus dikembangkan. Perkembangan
teori belajar memunculkan rasa ketidakpuasan untuk mendapatkan cara belajar
yang efektif untuk menghadapi masalah atau persoalan setiap manusia. Teori
belajar yang dominan dewasa ini adalah teori belajar behavioristik dan teori
belajar kognitif. Toeri belajar behavioristik dilandasi atas perubahan perilaku
akibat adanya stimulus. Sedangkan teori belajar kognitif berkiblat pada faktor
internal manusia yaitu kemampuan atau potensi terutama pikiran. Teori belajar
behavioristik merupakan paham ilmu yang melihat proses belajar dari perilaku
manusia. Ilmu pengetahuan alam khsusnya mata pelajaran fisika merupaka bidang
ilmu yang mempelajari peristiwa alam secara ilmiah sesuai konsep-konsep. Dengan
demikian paham teori belajar behavioristik proses belajarnya seperti apa? dan bagaimana implementasinya
pada pembelajaran fisika?.
B. Pembahasan
Belajar merupakan proses perubahan perilaku si belajar.
perubahan perilaku dapat berwujud perilaku yang tampak oleh indera (overt behavior) dan yang tidak tampak
oleh indera (inert behavior).
Perilaku yang tampak misalnya : menulis, memukul, menangis, sedangkan perilaku
yang tidak tampak misalnya : berfikir, berkhayal dan bernalar. Aspek terpenting
dalam aliran behavioristik ini adalah hasil dari proses belajar tidak
dipengaruhi oleh faktor kemampuan internal manusia melainkan dari respon akibat
dari stimulus dari luar. Tokoh ilmuan paham teori belajar behavioristik
diantaranya Ivan Pavlov, Burr Federic Skinner, Edward Thorndike, John B. Watson
dan Clark C. Hull.
1. Teori Ivan Pavlov (Teori Classical Conditioning)
Beranjak
dari asumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan tertentu perilaku manusia bisa
berubah sesuai apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov melakukan eksperimen dengan
menggunakan anjing sebagai bahan percobaannya.
a.
Percobaan pertama mengungkapkan adanya respon yang
diberikan oleh anjing berupa keluarnya air liur ketika disodorkan sepiring daging.
Eksperimen Pavlov dilakukan terus menerus sehingga didapat suatu peristiwa
bahwa air liur sudah keluar saat anjing melihat piring. Keluarnya air liur
ketika melihat daging merupakan respon yang normal. Kemudian keluarnya air liur
ketika melihat piring merupakan refleks bersyarat (terkondisi) akibat kebiasaan
atau latihan. Refleks bersyarat akan muncul sebagai hasil belajar jika dilakukan
latihan.
b. Percobaan kedua, anjing dibiarkan lapar kemudian
dibunyikan bel dan dinyalakan lampu. Anjing mendengarkan dengan baik dan 15
detik kemudian barulah diberi daging.
Percobaan ini dilakukan terus menerus sehingga ketika bel berbunyi atau lampu
dinyalakan terjadilah reflek pengeluaran air liur dan semakin deras ketika
diberi sepotong daging. Dari percobaan kedua bunyi bel atau nyala lampu
merupakan conditioning stimulus.
Keluarnya air liur akibat dibunyikan bel dan nyala lampu merupakan conditioning reflex. Semakin derasnya
air liur ketika diberikan daging ketika air liur sudah keluar merupakan reinforce (penguatan).
c.
Percobaan Pavlov berikutnya bertujuan untuk
mengetahui refleks yang terbentuk bisa dihilangkan. Dari hasil percobaannya
didapat suatu kesimpulan bahwa :
·
Reflek yang terbentuk bisa dihilangkan jika
rangsang atau signal yang membentuknya telah hilang. Hal ini karena signal yang
telah dikenalnya telah dilupakan atau tidak pernah kembali.
·
Reflek bersyarat bisa dihilangkan dengan cara
membuat persyaratan yang baru.
Salah satu
konsep yang diambil dari eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda, stimulus dan
respon. Hubungan antara stimulus dan respon terbentuk akibat latihan yang dilakukan
berulang-ulang merupakan situasi yang terkondisikan (contioning) . Hubungan antar stimulus dengan respon semakin kuat
jika diberikan penguatan (reinforce).
Pada hakikatnya manusia dan anjing sangat berbeda, manusia memiliki akal,
pikiran dan perasaan. Jadi stimulus yang diberikan kepada seseorang belum tentu menghasilkan respon yang yang sama pada
percobaan Pavlov karena manusia memiliki akal dan perasaan.
2. Teori Burr Federic Skinner (Teori Operant Conditioning)
Skinner (1904-1990)
terkenal dengan teori operant
conditioning. Operant conditioning
merupakan suatu prosedur untuk mengontrol suatu organisme dengan cara pemberian
penguatan (reinforcement). Reinforcement pada operant conditioning berbeda dengan reinforcement classical conditioning. Pada classical conditioning pemberian penguatan terpusat pada kondisi-kondisi
tertentu. Reinforcement pada operan conditioning tidak bergantung
pada kondisi yang tidak disengaja terbentuk, melainkan karena pengaruh
lingkungan.
Percobaan
skinner yang terkenal adalah skinner box.
Skinner box merupakan sebuah kotak
yang di dalamnya terdapat tikus dan sebuah tuas. Tikus yang ada di dalam kotak
melakukan aktivitas sehingga suatu saat akan menekan tuas dan diikuti keluarnya
makanan. Setiap kali tikus menekan tuas makanan akan keluar sebagai hadiah.
Ketika aktivitas tikus tidak diimbangi dengan makanan maka perilaku tikus
semakin lama akan mengendor dan hilang.
Percobaan skinner box yang dilakukan skinner
menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi teori belajar behavioristik,
antara lain :
a. Pemberian sesuatu yang menyenangkan (reinforcement) akan memperkuat perilaku.
Begitu sebaliknya pemberian yang kurang menyenangkan (punishment) akan melemahkan perilaku.
b. Pemberian konsekuensi baik itu reinforcement maupun punishment dengan segera akan lebih
berpengaruh dari pada pemberian yang dalam waktu yang lama.
3. Teori Edward Lee Thorndike (Teori Koneksionisme)
Percobaan
yang dilakukan Thorndike menggunakan kucing muda yang lapar di dalam kandang.
Rasa lapar yang dirasakan kucing membuat kucing melakukan aktivitas yang
sembarangan agar bisa keluar dan menjemput makanan didepannya. Usaha yang
dilakukan kucing akan membuahkan hasil ketika menekan tombol dan pintu terbuka,
kegitan ini sering disebut kegiatan trial
and error. Percobaan ini dilakukan secara terus menerus sehingga aktivitas
yang sembarangan yang dilakukan kucing berkurang dan semakin cepat kucing
menyentuh tombol.
Thordike
berkeyakinan bahwa proses belajar yang dilakukan hewan akan sama yang dilakukan
manusia meskipun ada sisi lain yang berbeda yaitu akal dan perasaan. Thorndike
mengungkapkan prinsip-prinsip belajar melalui tiga hukum primer. Tiga hukum
primer thorndike meliputi :
1. Law of
readiness (hukum kesiapan), masalah pertama, jika ada kecenderungan ingin
melakukan sesuatudan kemudian dilakukan maka muncul kepuasan. Akibat dari
proses itu adalah tidak melakukan hal yang sama. Masalah kedua, jika ada rasa
kecenderungan ingin melakukan dan tidak dilakukan maka muncul rasa
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan mencari kegitan lain untuk menghilangkan
ketidakpuasan tersebut. Masalah yang terakhir adalah jika tidak ada rasa
kecenderungan ingin melakukan dan kemudian melakukannya maka akan muncul rasa
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan meninggalkannya.
2.
Law of
exercise (hukum latihan), hubungan antara stimulus dengan respon akan
semakin kuat karena adanya latihan yang berulang. Sebaliknya jika hubungan
antara stimulus dengan respon tidak pernah dilatih maka hubungannya akan
semakin melemah.
3. Law of
effect (hukum akibat ), hubungan (koneksi) antara sesutau yang membuat
merangsang (stimulaus) dengan tindakan (respon) akan menjadi kuat karena
dihasilkan sesuatu yang menyenangkan. Bila sesuatu yang dihasilkan tidak
menyenangkan maka hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin lemah.
4.
Teori
John B. Watson
John B.
Watson merupakan orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori
belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Teori belajar yang dikembangkan
Watson masih mengutarakan dua variable yaitu stimulus dan respon. Kedua
variable ini berbeda dengan pendapat beberapa tokoh behavioristik yang lainnya.
Stimulus dan respon harus dapat diukur sedangkan perubahan mental yang ada pada
diri si belajar tidak diperhitungkan karena tidak teramati. Stimulus oleh
Watson diartikan semua obyek yang berada dilingkungan, temasuk juga perubahan
kelenjar. Sedangkan respon adalah segala aktivitas yang dilakukan sebagai
jawaban atas respon yang diterima. Watson memandang beberapa hal pokok dalam
mengembangkan teori belajar diantaranya :
1.
Tidak mempercayai unsur keturunan sebagai penentu
perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan
sangat penting. Dengan demikian Watson memandang perubahan perilaku seseorang
akibat interaksi stimulus dan respon.
2.
Pengamatan proses belajar
yang dilakukan Watson adalah pengamatan perilaku akibat respon. Watson tidak
mempedulikan perubahan dalam jiwa dan pikirannya karena hal tersebut tidak
teramati.
3.
Keterampilan berbicara dan
berfikir berhubungan sangat erat. Kegitan berpikir didasarkan pada keterampilan
berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak teramati.
Konsep belajar
dari Watson dalam mengembangkan teori belajar adalah ketegasan pendapatnya
bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Belajar adalah
perubahan perilaku karena perilaku seseorang bisa teramati meskipun secara
tidak langsung pikiran manusia juga berubah.
5.
Teori Clark L.
Hull
Clark
L. Hull (1884-1952) merupakan seorang teoritis
belajar yang ide-idenya mempunyai pengaruh paling besar pada penelitian dan pengembangan
teori belajar pada tahun 1930-1940. Clark Hull juga menggunakan
variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian
belajar. Menurut Clark Hull, seseorang harus memiliki kebutuhan dan motif
sebelum melakukan belajar. Pengutan (reinforcement)
yang diberikan harus berdampak pada berkurangnya kebutuhan dan menjadi kepuasan
bagi si belajar. Oleh sebab itu kebutuhan dan pemuasan kebutuhan adalah penting
dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive stimulus reduction (pengurangan
kebutuhan) daripada satisfied factor.
Tingkah
laku dari seseorang yang tidak dapat diramalkan hanya dari hasil stimulus saja. Ia melukiskan bahwa belajar adalah
membentuk kebiasaan, dan sedikit penguatan harus diberikan untuk menambah
kekuatan kebiasaan itu. Penguatan itu terjadi sebagai akibat adanya stimulus
respon, penguatan tidak akan menambah kekuatan kebiasaan, tetapi hanya
meningkatkan performa individunya.
6.
Argument dan Implementasi Teori Belajar
Behaviosirtik pada Pembelajaran
Belajar
merupakan suatu perubahan menuju hal yang lebih baik lagi dalam menghadapi persoalan kehidupan. Teori belajar yang
sangat berbengaruh saat ini adalah teori perilaku dan teori belajar kognitif.
Pada teori belajar behavioristik tentang perubahan perilaku akibat adanya
hubungan stimulus dan respon terdapat sebuah teori yang mendukung untuk
diterapkan dalam pembelajaran fisika. Teori tersebut adalah teori belajar yang
dikembangkan oleh Edward Thorndike. Teori koneksionisme ini menjelaskan adanya
hubungan antara stimulus dan respon karena adanya dorongan aktivitas. Munculnya
stimulus jika dihadapkan pada suasana yang baru membuat sesuatu untuk melakukan
hal-hal atau aktivitas agar mendapatkan apa yang diinginkan. Teori tersebut
sering disebut teori trial and error.
Teori trial and error sangat cocok diterapkan
pada pembelajaran fisika karena akan membentuk pola pikir yang baru jika
dihadapkan lingkungan peristiwa yang baru juga. Jika dihadapkan pada situasi
yang baru pada pembelajaran fisika seorang siswa akan mencoba berbagai hal
untuk menemukan sesuatu sebagai solusi. Kita tahu bahwa pembelajaran fisika
sering dihadapkan persoalan-persoalan dalam kehidupan yang baru. Kemampuan
seorang siswa dalam menghadapi hal-hal yang baru dilingkungan ini akan
berdampak positif dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat nantinya yang
lebih kompleks.
Teori
belajar trial and error memiliki
cirri-ciri adanya motif pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap situasi,
ada eliminasi kegagalan/salah dan kemajuan reaksi mencapai tujuan. Teori ini
sangat bagus efeknya untuk membangun mental siswa dalam menghadapi situasi baru
dilingkungan. Adanya eliminasi kesalahan
dalam belajar untuk mencapai tujuan merupakan pencerminan diri untuk merubah
perilaku semaksimal mungkin untuk menghadapi persoalan yang ada dalam
kehidupan.
Implementasi
teori belajar behavioristik pada pembelajaran harus fleksibel. Penggunaan teori
behavioristik bergantung pada kondisi-kondisi tertentu. Hal ini karena teori
belajar behavioristik menganggap perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Sedangkan
manusia melakukan belajar tidak hanya sekedar melakukan perubahan perilaku,
melainkan pikiran dan pemahamannya juga berubah. Kegiatan belajar juga bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Terkait
implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran, Pavlov
mengungkapkan adanya rangsangan yang menyenangkan akan direspon dan akan di
ulang. Sebagai contoh guru memberikan senyuman dan apresiasi kepada siswa yang
mengerjakan PR (pekerjaan rumah), maka siswa tersebut akan mengulang untuk mengerjakan
soal setiap diberikan PR.
Penerapan
teori Thorndike tentang adanya perilaku yang muncul akibat lingkungan akan meningkat jika di beri rangsangan yang
disertai reinforcement. Sebagai
contoh seorang guru memberikan apresiasi dan selamat kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan. Maka siswa tersebut akan merasa aktive untuk berusaha
menjawab setiap diadakan kegiatan Tanya jawab.
Clark
C. Hull mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat kondisi rasa ingin
tahu. Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan dengan memberikan
dua hal yang bertentangan dalam memberikan suatu contoh. Dengan demikian muncul
rasa ingin tahu dan termotivasi untuk belajar.
C. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik merupakan perubahan perilaku
seseorang akibat adanya stimulus yang diberikan. Perubahan perilaku sesorang
merupakan respon atau tanggapan dengan adanya rangsangan. Perubahan perilaku
terbentuk akibat adanya latihan dan kebiasaan. Munculnya kebiasan sebagai
penyebab perubahan tingkah laku didasari adanya penguatan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Djaali. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Hill, Winfred F. 2010. Theories
Of Learning. Bandung : Nusa Media
Mulyati. 2005. Psikologi
Belajar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Rifa’I R.C, A dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES Press
Syah, Muhibbin. 1999.
Psikologi Belajar. Jakarta : PT
Radjagrafindo Persada
No comments:
Post a Comment