Friday, July 27, 2012

APLICATION ELLIPTIC INTEGRAL

"Ngono wae rak isoo...selagi masih bisa bernafas gunakan untuk belajar !!!!"

METODE 'GILA' PENGUKURAN MEDAN GRAVITASI

"Ketika Koherensi antara keheran dan kegilaan terjadi, disitulah rasa bersyukur yang memuncak atas Keagungan Allah SWT"

My project from Septiko Aji

+Dengan segelas Vodka saja, Mark bisa buat Jejaring sosial yang digandrungi semua orang+
+Gilaa bener+

lanjuttttt......

DESAIN PERCOBAAN 'dengan sudut Cilik'

Penurunan getaran sudut kecil from Septiko Aji

+Ilmu ora kudu mahal,,,potongan besi biso ngukur gedhene playone tarikane bumi..+

lanjut maning.....


DESAIN ALAT PERCOBAAN ''sudut Gedhe

Penurunan getaran sudut besar from Septiko Aji

PENURUNAN RUMUSE NGANGGO 'INTEGRAL ELIPTIC',,
nek iki memang mahal aku habis 40 Juta buat kuliah dan biaya hidup dinegeri orang....
lihat penurunane nang kene (disini)

INTRODUCTION TO ELECTRODYNAMICS


Source : Introduction To Electrodynamics (3rd Edition)
             David J. Griffiths

1. Chapter 6. Magnetic Field In Matter
2. Chapter 7. Electrodynamics
3. Magnetostatics
Magnetostatics from Septiko Aji
4. Electrostatics Field In Matter


Electrostatic Field in Matter from Septiko Aji
5.  Special Techniques



Special Techniques (Teknik Khusus) from Septiko Aji
6. Electric Potential


Electric Potential from Septiko Aji



+++Kenapa Dunia ini sangat Kejam+++

Finding Center of Mass and Calculate of Momen Inertia

++Renungan Sampai Lupa Nikmatnya Tidur ++

Thursday, July 26, 2012

PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES UNTUK MENGUKUR LITERASI SAINS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP BUDAYA LOKAL INDONESIA


Septiko Aji *

Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar IPA perlu dilakukan untuk melihat buah dari kurikulum yang dikembangkan. Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi pengetahuan (knowledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil karya (product), dan afektif (affective). Adapun hasil belajar tersebut dapat diungkap atau dideteksi melalui beberapa cara atau teknik seperti : pilihan atau respons terbatas (selected response), assessmen esai (essay assessment), assessmen kinerja (performance assessment), dan komunikasi personal (personal communication) (BALITBANG, 2007).
Penelitian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu Programe for International Student Assessment (PISA) tentang prestasi literasi sains, literasi matematika dan literasi membaca. Program PISA ini diperuntukan untuk anak usia 15 tahun yang telah dilaksanakan tiga periode. Indonesia ikut berpartisipasi dalam tiga periode penelitian tersebut. Pertama, tahun 2000 diikuti oleh 41 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains  (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006  diikuti oleh 57 negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 bidang sains (OECD, 2007). Keempat, tahun 2009 diikuti oleh 65 negara, Indonesia berada pada urutan ke-60 bidang sains (OECD, 2010). Berkaitan dengan literasi sains kedudukan Indonesia masih tergolong rendah. Dimensi yang disoroti dalam progam PISA adalah dimeni isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
 Penelitian dan pengembangan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan prestasi literasi sains tersebut diatas dirasa kurang dalam instrument yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut menggunakan soal tes obyektif berupa soal pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda saja masih kurang untuk mengungkapkan dimensi dari literasi sains (content, process and context). Bentuk soal pilihan ganda pada hakekatnya hanya mengungkapkan benar dan salah (Arikunto, 2006). Bentuk soal pilihan ganda banyak digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan tidak cocok untuk mengukur berfikir sains dan proses ilmiah. Dengan demikian dibutuhkan sebuah pengembangan assessment tes untuk mengukur prestasi literasi sains yang memiliki dimensi isi (content), dimensi proses (process), dimensi konteks (context).
<Fulltext>

PENERAPAN TEKNIK SKIMMING YANG DIBERIKAN DI AWAL PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA SMP SUB POKOK BAHASAN MATA DAN CACAT MATA

SEPTIKO AJI *

ABSTRACT

Physics is one of science having close relation to daily life. Skimming is an efficient reading technique to find general view of thereading material. This research aimed to know(1) influence and (2) the value of the influence of skimming technique given in thebeginning of physics lesson of eyes and eye deffect sub topic to learning achievement of the student and (3) students' commentafter the lesson. In this research control and experiment groups were used. Based on the analysis result of the t-test data of learningachievement, it was concluded that the application of skimming technique given in the beginning of physics lesson of eyes and eyedeffect sub topic gave effect to learning achievement of the student with the value of 1.49%. The result of comment questionaireshowed that the student understand the learning material easier after having the lesson.
<FullText>

Tuesday, July 10, 2012

APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN


PENGECEKKAN VALIDASI EKPERIMENTAL PADA KASUS SPEKTRAL LINEAR EMISI MOLEKUL GAS AKIBAT EFEK DOPLER
Septiko Aji * 

Mekanika statistik dalam hal ini distribusi Maxwell-Boltzmann yang dianggap sebagai statistik klasik karena masih bersifat Newtonian. Anggapan dasar dari statistik Maxwell-Boltzmann  adalah partikel dianggap identik, setiap keadaan energi dapat diisi beberapa partikel dan tidak ada batasan banyaknya partikel yang dapat mengisi keadaan energi tersebut. Partikel dalam konteks ini mengacu pada kategori partikel klasik seperti gas, ion dan atom. 
Perilaku suatu materi secara mikroskopik berhubungan erat dengan sifat mikroskopik, yang dapat diungkap melalui hokum distribusi statistik. Distribusi Maxwell-Boltzmann dalam menggambarkan keadaan atau perilaku suatu system dinyatakan dengan fungsi Y(x,p) yang dipresentasikan dalam enam kordinat x, y, z dan Px, Py, Pz. Jika terdapat sistem dengan koordinat maka peluang menentukan system tersebut dalam elemen ruang fase tersebut dapat ditulis sebagai berikut 
Jika partikel bergerak dengan kecepatan v maka fungsi peluang yang bersesuaian dengan komponen kecepatan dengan nialai diantara dan 
Persamaan di atas merupakan distribusi probabilitas untuk kecepatan sebuah partikel yang berwujud gas. Besaran dari vektor kecepatan, yang berarti pada suhu tertentu, partikel akan memiliki kecepatan yang dipilih secara acak dari distribusi, tapi lebih cenderung berada dalam satu rentang dari beberapa kecepatan yang lain. Kajian mendalam terhadap  informasi yang lebih jauh tentang perilaku gas akan sangat mudah dilakukan jika dinyatakan distribusinya dalam beberapa variabel. Distribusi energi menyatakan bagaimana partikel tersebar dengan energi berada diantara dan , berikut bentuk matematiknya
Kita ketahui kecepatan sebading dengan energi, dengan demikian bentuk persamaan distribusi energi dapat dibuat dalam bentuk distribusi kecepatan
Persamaan di atas dikenal dengan distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann, dan grafiknya dapat disajikan dalam gambar berikut.


Statistik Maxwell-Boltzmann yang dianggap sebagai fisika klasik banyak digunakan untuk pengungkapan suatu keadaan system gas. Beberapa kasus yang sering dijabarkan dengan statistik Maxwell-Boltzmann diantaranya kecepatan dan energi rata-rata. Pada penjelasan kali ini akan dibahasa pelebaran dari spektral emisi gas yang diakibatkan oleh efek dopler yang digunakan sebagai validasi dari distribusi kecepatan Maxwell. 


File lengkap (Fulltext)

Sunday, July 8, 2012

INTEPRESTASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SAMPANGAN SEMARANG DENGAN METODE GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN LAPISAN TANAH

Septiko Aji 

ABSTRAK
Informasi strutur interior bawah permukaan sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan di masyarakat dan peserta didik agar bisa menyikapi terkait isi kandungan yang tersimpan di bawah permukaan. Langkah yang diambil untuk memenuhi kebutuhan akan informasi struktur lapisan tanah dapat melakukan kegiatan survey geofisika dengan metode geolistrik. Penelitian geolistrik diambil lokasi di lapangan sepak bola kelurahan Sampangan kota Semarang. Hasil analisis data dengan software Res2Dinv ver. 3.56.22 memperlihatkan sampai kedalaman 19.9 meter termasuk tanah lempung dengan nilai resistivitas 1.73 – 3.85 Ωm. Jenis lapisan yang lain berturut-turut dari permukaan tanah adalah batuan dasar berkekar terisi tanah lembab (214 – 477 Ωm), tanah lanau pasiran (42.9 - 95.7 Ωm), lempung lanau (8.60 - 19.2 Ωm).
KATA KUNCI : Geolistrik; Wenner-Schlumberger; Lapisan Tanah

Conclusion
Gambar 1. Penampang resistivitas tanah hasil analisis data dengan Res2Dinv 

Tabel 4. Nilai resitivitas pada jarak lintasan 60 meter
Penelitian geolistrik diambil lokasi di lapangan sepak bola kelurahan Sampangan kota Semarang. Hasil analisis data dengan software Res2Dinv ver. 3.56.22 memperlihatkan sampai kedalaman 19.9 meter termasuk tanah lempung dengan nilai resistivitas 1.73 – 3.85 Ωm. Jenis lapisan yang lain berturut turut dari permukaan tanah adalah batuan  dasar berkekar terisi tanah lembab (214 – 477 Ωm), tanah lanau pasiran (42.9 - 95.7  Ωm), lempung lanau (8.60 - 19.2 Ωm).
Referrence
Chitea, F., Ioane, D., and Kodom, K. 2009
              . Geophysical Research Abstracts. Vol. 11, EGU2009-11624-4.
Ngadimin & Gunawan Handayani, 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah, di akses  : http://jms.fmipa.itb.ac.id/jms/article/view/69/65
Nowroozi, A, A. et al. 1999. “Saltwater intrusion into the Freshwater Aquifer in the Eastern Shore of Virginia. A Recognnaissance Electrical Resistivity Survey”. Journal of Applied Geophysics
Olivera, M.A., Reis E.M., andNozaki, J.2001. Biological Treatmen of Wastewater From the cassava meal industry. Environmental Research Section. 85. 117-183.
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : Departemen Teknik Geofisika ITB

“PENENTUAN BESAR PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN PERCOBAAN AYUNAN FISIS”

Septiko Aji *)

A. Latar Belakang
Di dalam kurikulum KTSP 2006, momen inersia adalah salah satu materi yang diajarkan pada kelas XI semester 2. Berdasarkan kurikulum 2006 tersebut, fungsi mata pelajaran fisika antara lain adalah mengembangkan kemampuan berfikir analisis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara kualitatif maupun kuantitatif.
Salah satu kegiatan yang dapat membantu meletakkan fungsi mata pelajar-an fisika tersebut adalah pemberian tugas atau proyek penelitian kepada siswa yang dikerjakan secara berkelompok maupun perseorangan. Berikut ini adalah contoh dari pelaksanaanproyek penelitian yang berkaitan dengan materi momen inersia, dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Semua benda tegar yang digantungkan sehingga benda dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda tersebut, dinamakan bandul fisis. Bandul fisis merupakan perluasan dari bandul sederhana, yang hanya terdiri dari tali tak bermassa yang digantungi sebuah partikel tunggal. Pada kenyataannya semua benda yang berayun adalah bandul fisis.


Gambar 1. Skema analisis gaya-gaya yang bekerja pada bandul fisis 
yang berupa benda pipih dengan pusat massa C.


Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, yang dipilih sebagai bandul fisis adalah benda pipih dengan bentuk tak beraturan, misal papan tripleks yang digergaji, kemudian dipasak pada sumbu tanpa gesekan, yang melalui P. Benda dalam posisi seimbang, jika dalam keadaan pusat massa benda C terletak vertikal di bawah P. Jarak dari pasak ke pusat massa adalah d, momen kelembaman (momen inersia) benda terhadap sumbu yang melalui pasak adalah I dan massa benda adalah M. Jika benda disimpangkan dari posisi seimbangnya sebesar sudut θ, maka torsi pemulih dalam keadaan simpangan sudut θ yang disebabkan oleh komponen tangensial gaya gravitasi adalah
 Jika I adalah momen inersia dan  adalah percepatan sudut, maka berlaku persamaa gerak untuk simpangan kecil berlaku 
 Dengan besar frekuensi sudut adalah   , maka periode bandul fisis yang berosilasi dengan amplitudo kecil adalah
  

Saturday, July 7, 2012

TELAAH TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Septiko Aji
A. Pendahuluan 

Perkembangan pendidikan di Indoneisa dewasa ini sangat pesat. Pesatnya pendidikan bagi manusia berakibat tidak mampu untuk beradaptasi dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang tidak menentu. Rasa sadar untuk mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu yang harus dilakukan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan di dalam kehidupan manusia.
            Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki manusia tidak terlepas dari proses belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak untuk mendapatkan  pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan setiap manusia. Belajar juga tidak hanya untuk mendapatkan suatu jawaban dari persoalan maupun masalah yang dihadapinya. Melainkan belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam hidupnya. Belajar selalu melekat dalam kepribadian seseorang karena setiap orang selalu mendapatkan persoalan-persoalan dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisis dan memperbaiki cara-cara mempelajari sesuatu.
            Teori tentang belajar tidak akan berakhir dan akan terus dikembangkan. Perkembangan teori belajar memunculkan rasa ketidakpuasan untuk mendapatkan cara belajar yang efektif untuk menghadapi masalah atau persoalan setiap manusia. Teori belajar yang dominan dewasa ini adalah teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif. Toeri belajar behavioristik dilandasi atas perubahan perilaku akibat adanya stimulus. Sedangkan teori belajar kognitif berkiblat pada faktor internal manusia yaitu kemampuan atau potensi terutama pikiran. Teori belajar behavioristik merupakan paham ilmu yang melihat proses belajar dari perilaku manusia. Ilmu pengetahuan alam khsusnya mata pelajaran fisika merupaka bidang ilmu yang mempelajari peristiwa alam secara ilmiah sesuai konsep-konsep. Dengan demikian paham teori belajar behavioristik  proses belajarnya seperti apa? dan bagaimana implementasinya pada pembelajaran fisika?.

B. Pembahasan

Belajar merupakan proses perubahan perilaku si belajar. perubahan perilaku dapat berwujud perilaku yang tampak oleh indera (overt behavior) dan yang tidak tampak oleh indera (inert behavior). Perilaku yang tampak misalnya : menulis, memukul, menangis, sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya : berfikir, berkhayal dan bernalar. Aspek terpenting dalam aliran behavioristik ini adalah hasil dari proses belajar tidak dipengaruhi oleh faktor kemampuan internal manusia melainkan dari respon akibat dari stimulus dari luar. Tokoh ilmuan paham teori belajar behavioristik diantaranya Ivan Pavlov, Burr Federic Skinner, Edward Thorndike, John B. Watson dan Clark C. Hull.
1.      Teori Ivan Pavlov (Teori Classical Conditioning)
Beranjak dari asumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan tertentu perilaku manusia bisa berubah sesuai apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov melakukan eksperimen dengan menggunakan anjing sebagai bahan percobaannya.
a.        Percobaan pertama mengungkapkan adanya respon yang diberikan oleh anjing berupa keluarnya air liur ketika disodorkan sepiring daging. Eksperimen Pavlov dilakukan terus menerus sehingga didapat suatu peristiwa bahwa air liur sudah keluar saat anjing melihat piring. Keluarnya air liur ketika melihat daging merupakan respon yang normal. Kemudian keluarnya air liur ketika melihat piring merupakan refleks bersyarat (terkondisi) akibat kebiasaan atau latihan. Refleks bersyarat akan muncul sebagai hasil belajar jika dilakukan latihan.
b.   Percobaan kedua, anjing dibiarkan lapar kemudian dibunyikan bel dan dinyalakan lampu. Anjing mendengarkan dengan baik dan 15 detik kemudian barulah diberi  daging. Percobaan ini dilakukan terus menerus sehingga ketika bel berbunyi atau lampu dinyalakan terjadilah reflek pengeluaran air liur dan semakin deras ketika diberi sepotong daging. Dari percobaan kedua bunyi bel atau nyala lampu merupakan conditioning stimulus. Keluarnya air liur akibat dibunyikan bel dan nyala lampu merupakan conditioning reflex. Semakin derasnya air liur ketika diberikan daging ketika air liur sudah keluar merupakan reinforce (penguatan).
c.        Percobaan Pavlov berikutnya bertujuan untuk mengetahui refleks yang terbentuk bisa dihilangkan. Dari hasil percobaannya didapat suatu kesimpulan bahwa :
·         Reflek yang terbentuk bisa dihilangkan jika rangsang atau signal yang membentuknya telah hilang. Hal ini karena signal yang telah dikenalnya telah dilupakan atau tidak pernah kembali.
·         Reflek bersyarat bisa dihilangkan dengan cara membuat persyaratan yang baru.
            Salah satu konsep yang diambil dari eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda, stimulus dan respon. Hubungan antara stimulus dan respon terbentuk akibat latihan yang dilakukan berulang-ulang merupakan situasi yang terkondisikan (contioning) . Hubungan antar stimulus dengan respon semakin kuat jika diberikan penguatan (reinforce). Pada hakikatnya manusia dan anjing sangat berbeda, manusia memiliki akal, pikiran dan perasaan. Jadi stimulus yang diberikan kepada seseorang belum tentu  menghasilkan respon yang yang sama pada percobaan Pavlov karena manusia memiliki akal dan perasaan.
2.       Teori Burr Federic Skinner (Teori Operant Conditioning)
            Skinner (1904-1990) terkenal dengan teori operant conditioning. Operant conditioning merupakan suatu prosedur untuk mengontrol suatu organisme dengan cara pemberian penguatan (reinforcement). Reinforcement pada operant conditioning berbeda dengan reinforcement classical conditioning. Pada classical conditioning pemberian penguatan terpusat pada kondisi-kondisi tertentu. Reinforcement pada operan conditioning tidak bergantung pada kondisi yang tidak disengaja terbentuk, melainkan karena pengaruh lingkungan.
            Percobaan skinner yang terkenal adalah skinner box. Skinner box merupakan sebuah kotak yang di dalamnya terdapat tikus dan sebuah tuas. Tikus yang ada di dalam kotak melakukan aktivitas sehingga suatu saat akan menekan tuas dan diikuti keluarnya makanan. Setiap kali tikus menekan tuas makanan akan keluar sebagai hadiah. Ketika aktivitas tikus tidak diimbangi dengan makanan maka perilaku tikus semakin lama akan mengendor dan hilang.
            Percobaan skinner box yang dilakukan skinner menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi teori belajar behavioristik, antara lain :
a.       Pemberian sesuatu yang menyenangkan (reinforcement) akan memperkuat perilaku. Begitu sebaliknya pemberian yang kurang menyenangkan (punishment) akan melemahkan perilaku.
b.  Pemberian konsekuensi baik itu reinforcement maupun punishment dengan segera akan lebih berpengaruh dari pada pemberian yang dalam waktu yang lama.
3.      Teori Edward Lee Thorndike (Teori Koneksionisme)
            Percobaan yang dilakukan Thorndike menggunakan kucing muda yang lapar di dalam kandang. Rasa lapar yang dirasakan kucing membuat kucing melakukan aktivitas yang sembarangan agar bisa keluar dan menjemput makanan didepannya. Usaha yang dilakukan kucing akan membuahkan hasil ketika menekan tombol dan pintu terbuka, kegitan ini sering disebut kegiatan trial and error. Percobaan ini dilakukan secara terus menerus sehingga aktivitas yang sembarangan yang dilakukan kucing berkurang dan semakin cepat kucing menyentuh tombol.
            Thordike berkeyakinan bahwa proses belajar yang dilakukan hewan akan sama yang dilakukan manusia meskipun ada sisi lain yang berbeda yaitu akal dan perasaan. Thorndike mengungkapkan prinsip-prinsip belajar melalui tiga hukum primer. Tiga hukum primer thorndike meliputi :
1.        Law of readiness (hukum kesiapan), masalah pertama, jika ada kecenderungan ingin melakukan sesuatudan kemudian dilakukan maka muncul kepuasan. Akibat dari proses itu adalah tidak melakukan hal yang sama. Masalah kedua, jika ada rasa kecenderungan ingin melakukan dan tidak dilakukan maka muncul rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan mencari kegitan lain untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut. Masalah yang terakhir adalah jika tidak ada rasa kecenderungan ingin melakukan dan kemudian melakukannya maka akan muncul rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan meninggalkannya.
2.        Law of exercise (hukum latihan), hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin kuat karena adanya latihan yang berulang. Sebaliknya jika hubungan antara stimulus dengan respon tidak pernah dilatih maka hubungannya akan semakin melemah.
3.        Law of effect (hukum akibat ), hubungan (koneksi) antara sesutau yang membuat merangsang (stimulaus) dengan tindakan (respon) akan menjadi kuat karena dihasilkan sesuatu yang menyenangkan. Bila sesuatu yang dihasilkan tidak menyenangkan maka hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin lemah.

4.      Teori John B. Watson
John B. Watson merupakan orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Teori belajar yang dikembangkan Watson masih mengutarakan dua variable yaitu stimulus dan respon. Kedua variable ini berbeda dengan pendapat beberapa tokoh behavioristik yang lainnya. Stimulus dan respon harus dapat diukur sedangkan perubahan mental yang ada pada diri si belajar tidak diperhitungkan karena tidak teramati. Stimulus oleh Watson diartikan semua obyek yang berada dilingkungan, temasuk juga perubahan kelenjar. Sedangkan respon adalah segala aktivitas yang dilakukan sebagai jawaban atas respon yang diterima. Watson memandang beberapa hal pokok dalam mengembangkan teori belajar diantaranya :  
1.        Tidak mempercayai unsur keturunan sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Dengan demikian Watson memandang perubahan perilaku seseorang akibat interaksi stimulus dan respon.
2.        Pengamatan proses belajar yang dilakukan Watson adalah pengamatan perilaku akibat respon. Watson tidak mempedulikan perubahan dalam jiwa dan pikirannya karena hal tersebut tidak teramati.
3.        Keterampilan berbicara dan berfikir berhubungan sangat erat. Kegitan berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak teramati.
            Konsep belajar dari Watson dalam mengembangkan teori belajar adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Belajar adalah perubahan perilaku karena perilaku seseorang bisa teramati meskipun secara tidak langsung pikiran manusia juga berubah.
5.       Teori Clark L. Hull
            Clark L. Hull (1884-1952) merupakan seorang teoritis belajar yang ide-idenya mempunyai pengaruh paling besar pada penelitian dan pengembangan teori belajar pada tahun 1930-1940.  Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, seseorang harus memiliki kebutuhan dan motif sebelum melakukan belajar. Pengutan (reinforcement) yang diberikan harus berdampak pada berkurangnya kebutuhan dan menjadi kepuasan bagi si belajar. Oleh sebab itu kebutuhan dan pemuasan kebutuhan adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive stimulus reduction (pengurangan kebutuhan) daripada satisfied factor.
            Tingkah laku dari seseorang yang tidak dapat diramalkan hanya dari hasil stimulus  saja. Ia melukiskan bahwa belajar adalah membentuk kebiasaan, dan sedikit penguatan harus diberikan untuk menambah kekuatan kebiasaan itu. Penguatan itu terjadi sebagai akibat adanya stimulus respon, penguatan tidak akan menambah kekuatan kebiasaan, tetapi hanya meningkatkan performa individunya.
6.       Argument dan Implementasi Teori Belajar Behaviosirtik pada Pembelajaran
            Belajar merupakan suatu perubahan menuju hal yang lebih baik lagi dalam menghadapi  persoalan kehidupan. Teori belajar yang sangat berbengaruh saat ini adalah teori perilaku dan teori belajar kognitif. Pada teori belajar behavioristik tentang perubahan perilaku akibat adanya hubungan stimulus dan respon terdapat sebuah teori yang mendukung untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Teori tersebut adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Edward Thorndike. Teori koneksionisme ini menjelaskan adanya hubungan antara stimulus dan respon karena adanya dorongan aktivitas. Munculnya stimulus jika dihadapkan pada suasana yang baru membuat sesuatu untuk melakukan hal-hal atau aktivitas agar mendapatkan apa yang diinginkan. Teori tersebut sering disebut teori trial and error.
            Teori trial and error sangat cocok diterapkan pada pembelajaran fisika karena akan membentuk pola pikir yang baru jika dihadapkan lingkungan peristiwa yang baru juga. Jika dihadapkan pada situasi yang baru pada pembelajaran fisika seorang siswa akan mencoba berbagai hal untuk menemukan sesuatu sebagai solusi. Kita tahu bahwa pembelajaran fisika sering dihadapkan persoalan-persoalan dalam kehidupan yang baru. Kemampuan seorang siswa dalam menghadapi hal-hal yang baru dilingkungan ini akan berdampak positif dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat nantinya yang lebih kompleks.
            Teori belajar trial and error memiliki cirri-ciri adanya motif pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap situasi, ada eliminasi kegagalan/salah dan kemajuan reaksi mencapai tujuan. Teori ini sangat bagus efeknya untuk membangun mental siswa dalam menghadapi situasi baru dilingkungan. Adanya eliminasi  kesalahan dalam belajar untuk mencapai tujuan merupakan pencerminan diri untuk merubah perilaku semaksimal mungkin untuk menghadapi persoalan yang ada dalam kehidupan.    
            Implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran harus fleksibel. Penggunaan teori behavioristik bergantung pada kondisi-kondisi tertentu. Hal ini karena teori belajar behavioristik menganggap perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Sedangkan manusia melakukan belajar tidak hanya sekedar melakukan perubahan perilaku, melainkan pikiran dan pemahamannya juga berubah. Kegiatan belajar juga bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
            Terkait implementasi teori belajar behavioristik pada pembelajaran, Pavlov mengungkapkan adanya rangsangan yang menyenangkan akan direspon dan akan di ulang. Sebagai contoh guru memberikan senyuman dan apresiasi kepada siswa yang mengerjakan PR (pekerjaan rumah), maka siswa tersebut akan mengulang untuk mengerjakan soal setiap diberikan PR.  
            Penerapan teori Thorndike tentang adanya perilaku yang muncul akibat lingkungan akan  meningkat jika di beri rangsangan yang disertai reinforcement. Sebagai contoh seorang guru memberikan apresiasi dan selamat kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan. Maka siswa tersebut akan merasa aktive untuk berusaha menjawab setiap diadakan kegiatan Tanya jawab.
            Clark C. Hull mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat kondisi rasa ingin tahu. Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan dengan memberikan dua hal yang bertentangan dalam memberikan suatu contoh. Dengan demikian muncul rasa ingin tahu dan termotivasi untuk belajar. 

C. Kesimpulan 
Teori belajar behavioristik merupakan perubahan perilaku seseorang akibat adanya stimulus yang diberikan. Perubahan perilaku sesorang merupakan respon atau tanggapan dengan adanya rangsangan. Perubahan perilaku terbentuk akibat adanya latihan dan kebiasaan. Munculnya kebiasan sebagai penyebab perubahan tingkah laku didasari adanya penguatan yang diberikan.

Daftar Pustaka
Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Hill, Winfred F. 2010. Theories Of Learning. Bandung : Nusa Media
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Rifa’I R.C, A dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES Press
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Radjagrafindo Persada